Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Sejarah Sarapan, Awalnya Makan Terlalu Pagi Dianggap sebagai Dosa

Jika masyarakat Indonesia sarapan dengan nasi goreng dan bubur, penduduk Eropa biasa sarapan dengan menu sereal, pancake, atau paduan sosis, daging ham, dan juga telur.

Sarapan disebut sebagai rutinitas makan terpenting karena bisa memberi energi hingga siang hari.

Tanpa sarapan, seseorang bisa lemas sebelum jam makan siang. Kemudian di jam makan siang akan berburu lebih banyak makanan daripada seharusnya, sehingga bisa berujung ke bubrahnya program diet. 

Mengingat pentingnya sarapan, pernahkah Anda terpikir, siapa sih yang memulai tradisi yang bisa menyehatkan tubuh ini?

Awalnya dianggap sebagai dosa

Dilansir dari Mashed, jika ingin mengulik sejak kapan tradisi sarapan muncul di masyarakat dunia, maka kita harus mundur beberapa ratus tahun ke belakang.

Di Eropa abad pertengahan, sarapan atau makan pagi awalnya hanya menjadi kebutuhan bagi orang kaya, para lansia, atau orang-orang yang lemah fisiknya karena penyakit.

Teolog besar abad ke-13, Thomas Aquinas, bahkan menganggap makan terlalu pagi adalah perbuatan penuh dosa.

Makan sebelum misa pagi ditentang karena puasa adalah pengamalan agama, dan sarapan secara harfiah berarti berbuka puasa sebelum waktunya.

Sedangkan dilansir dari Indiatimes, orang-orang Romawi kuno menganggap bahwa manusia hanya butuh makan sekali dalam sehari. Sehingga jelas, mereka tidak mengenal apa itu sarapan.

Abigail Carroll dalam bukunya The Invention of the American Meal menulis bahwa banyak penduduk asli Amerika yang hanya makan sekali hingga dua kali dalam sehari, bahkan terkadang malah berpuasa selama berhari-hari.

Dalam artian, sarapan atau makan pagi tak ada dalam ritual harian masyarakat kuno, hingga sampailah dunia di masa Revolusi Industri.

Lahir di masa Revolusi Industri

Revolusi Industri terjadi pada periode tahun 1760-1850, di mana terjadi perubahan besar-besaran di sektor pertanian, manufaktur, pertambangan, juga transportasi. 

Di masa tersebut, terjadi perubahan dalam aktivitas dan kondisi perekonomian masyarakat. Yaitu lahirnya lapangan pekerjaan, yang melahirkan konsep bos atau majikan, karyawan, juga jam kerja.

Masih dari Mashed, sejarawan Ian Mortimer berpendapat bahwa kaum Tudor lah yang menemukan sarapan modern pada abad ke-16 sebagai efek samping dari penemuan konsep ketenagakerjaan, di mana masyarakat tak lagi bekerja untuk dirinya sendiri namun bekerja untuk orang lain.

Karena ada jam kerja yang biasanya dimulai di pukul 9 pagi hingga 5 sore, maka para pekerja terpaksa makan lebih awal untuk mengisi tenaga sebelum melangkah ke kota untuk bekerja.

Jam makan siang pun dimajukan menjadi pagi hari. Dan lahirlah konsep makan pagi, atau sarapan, yang akhirnya menjadi tradisi rutin yang menurun dari abad ke abad.

Sejarawan mengatakan, jika masyarakat kuno tak menemukan konsep jam kerja dari pukul 9 pagi hingga 5 sore, mungkin tradisi sarapan tak akan pernah ada hingga kini. 

Di masa itu, sarapan dimulai dengan menu yang sangat sederhana, yaitu olahan telur ayam.

Sejarawan percaya, telur yang dipilih sebagai menu sarapan lantaran hanya ini bahan pangan yang mudah didapatkan dan mudah diolah.

Barulah memasuki abad ke-20, masyarakat Eropa menambahkan bacon ke dalam menu sarapannya.

https://www.kompas.com/tren/read/2023/02/04/061500065/sejarah-sarapan-awalnya-makan-terlalu-pagi-dianggap-sebagai-dosa-

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke