Sebut saja "Moshi-Moshi" di Jepang, "Wei" di China, dan "Yeoboseyo" di Korea.
Lantas, bagaimana awal mula "hello" digunakan untuk menjawab panggilan telepon?
Sejarah Hello untuk menjawab telepon
Dikutip dari Best Life, catatan pertama dari kata tersebut kembali ke tahun 1800-an. Saat itu, "hello" banyak digunakan sebagai ekspresi kejutan, bukan sapaan.
Untuk saling nyapa, orang-orang sejak abad pertengahan hingga masa Shakespeare menggunakan kata "hail".
Kata "hail" dinilai membawa nada yang agak baik hati, karena terkait dengan kata-kata seperti "health" dan "whole".
Thomas Alva Edison
Meluasnya penggunaan "hello" sebagai sapaan adalah berkat Thomas Alva Edison, penemu lampu pijar.
Setelah Alexander Graham Bell menemukan telepon pada akhir 1800-an, orang membutuhkan cara untuk menjawab perangkat baru.
Edison kemudian menggunakan caranya sendiri untuk memberikan salam, seperti yang terekam dalam sebuah surat kepada temannya.
The New York Times mengenang bahwa Edison menulis surat yang penuh semangat kepada temannya bernama Thomas BA David pada 15 Agustus 1877.
"David, saya rasa kita tidak perlu bel panggilan, karena 'Hello!' dapat didengar sejauh 3-6 meter. Bagaimana menurutmu? Edison," bunyi surat itu.
Thomas BA David merupakan Presiden Pittsburgh's Central District and Printing Telegraph Co.
Dengan kata lain, awalnya Edison tidak berpikir telepon perlu berdering, dia mengira penelepon cukup berteriak, "Halo!" kepada orang di ujung sana.
Graham Bell lebih suka "Ahoy"
Graham Bell tidak menyukai ide Edison sedikit pun. Dia lebih suka kata "ahoy" yang berasal dari kata sapaan Belanda "hoi".
Namun, ketika sentral telepon pertama yang dilengkapi oleh Edison dipasang di seluruh Amerika Serikat, pengoperasian manual menyertakan dua opsi sapaan "hello" dan "what is wanted".
Karena opsi kedua terlalu panjang, kata "hello" pun lebih banyak disukai dan menjadi sapaan umum pada 1880-an.
https://www.kompas.com/tren/read/2022/12/03/103000165/sejarah-dan-alasan-kata-hello-dipakai-untuk-menerima-telepon