Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Penyebab Dejavu Masih Misterius, Peneliti Temukan Kemungkinannya

KOMPAS.com - Perasaan dejavu kerap menghantui sebagian orang.

Bahkan menurut WebMD, sebanyak 60-70 persen orang dengan kesehatan baik pernah mengalami dejavu dalam hidup.

Dejavu secara harfiah berasal dari bahasa Perancis, déjà vu, yang berarti pernah melihat atau pernah terlihat.

Sementara itu menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), dejavu adalah perasaan bahwa apa yang dialami sekarang pernah terjadi pada masa lampau.

Dilansir The Sun, Kamis (6/10/2022), dejavu adalah gambaran perasaan saat seseorang merasa seperti pernah mengalami situasi yang sama persis sebelumnya.

Dejavu membuat seseorang merasakan perasaan tidak asing akan suatu kondisi yang seharusnya tidak pernah dialami.

Selama beberapa dekade, fenomena dejavu masih menyimpan misteri.

Para ilmuwan dapat menjelaskannya, tetapi di sisi lain tidak tahu mengapa hal tersebut dapat terjadi.

Kendati demikian, peneliti telah sampai pada tahap untuk menjelaskan kemungkinan penyebab fenomena dejavu.

Dari fenomena supernatural ke ilmiah

Akhir 1800-an, berbagai teori muncul mencoba menjelaskan penyebab dejavu. Beberapa mengira bahwa dejavu berasal dari disfungsi mental atau sejenis masalah otak.

Tak sedikit pula yang mengaitkan dejavu dengan hal-hal supranatural seperti kehidupan di masa lampau dan kemampuan psikis seseorang.

Namun, ilmuwan bernama Alan Brown kemudian menemukan bahwa sekitar dua pertiga orang mengalami dejavu beberapa kali dalam hidup.

Menurut dia, pemicu dejavu paling umum adalah sebuah pemandangan atau tempat, serta percakapan.

Brown juga melaporkan literatur medis selama satu abad, kemungkinan adanya hubungan antara dejavu dengan beberapa jenis aktivitas kejang di otak.

Terdorong oleh penelitan Brown, Profesor Psikologi Kognitif di Colorado State University, Amerika Serikat, Anne Cleary, menyelidiki soal kemungkinan penyebab dejavu.

Dilansir dari The Conversation, Senin (3/10/2022), Cleary dan tim meneliti apakah dejavu dapat terjadi apabila ada kemiripan antara pemandangan saat ini dengan pemandangan yang pernah dilihat tapi tidak diingat.

Menurut psikolog, hipotesis atau dugaan tersebut disebut sebagai Gestalt familiarity hypothesis.

Misalnya, apabila seseorang hendak menjenguk temannya dan melewati lorong rumah sakit.

Meski belum pernah mengunjungi rumah sakit itu sebelumnya, tetapi orang ini terkejut dan merasakan dejavu.

Penyebab paling dasar terjadinya dejavu ini kemungkinan karena tata letak pemandangan, termasuk penempatan benda-benda tertentu mirip dengan pemandangan yang pernah dilihat sebelumnya.

Guna membuktikan hipotesis penyebab dejavu tersebut, tim menggunakan realitas virtual untuk menempatkan orang-orang dalam sebuah pemandangan tertentu.

Tim peneliti memanipulasi pemandangan atau lingkungan tempat orang-orang tersebut berada, yakni pemandangan dengan tata letak sama dan tata letak berbeda.

Sesuai perkiraan, dejavu lebih mungkin terjadi pada orang-orang dalam ruangan bertata letak serupa dengan yang pernah mereka lihat sebelumnya tetapi tidak ingat.

Penelitian ini menunjukkan, salah satu faktor yang berkontribusi menjadi penyebab dejavu adalah kemiripan pemandangan saat ini dengan pemandangan dalam memori yang gagal diingat.

Saat seseorang melihat atau merasakan hal mirip, maka terpanggillah perasaan familiar atau pernah melihat terhadap kejadian tersebut.

https://www.kompas.com/tren/read/2022/10/07/200500665/penyebab-dejavu-masih-misterius-peneliti-temukan-kemungkinannya

Terkini Lainnya

20 Negara Penduduk Terbanyak di Dunia 2024, Indonesia Nomor Berapa?

20 Negara Penduduk Terbanyak di Dunia 2024, Indonesia Nomor Berapa?

Tren
Ilmuwan Akhirnya Tahu Apa Isi Bulan, Disebut Mirip dengan Bumi

Ilmuwan Akhirnya Tahu Apa Isi Bulan, Disebut Mirip dengan Bumi

Tren
14 Kepala Daerah Penerima Satyalancana dari Jokowi, Ada Bobby tapi Gibran Batal Hadir

14 Kepala Daerah Penerima Satyalancana dari Jokowi, Ada Bobby tapi Gibran Batal Hadir

Tren
KAI Sediakan Fitur 'Connecting Train' untuk Penumpang yang Tidak Dapat Tiket di Stasiun

KAI Sediakan Fitur "Connecting Train" untuk Penumpang yang Tidak Dapat Tiket di Stasiun

Tren
Daftar Dugaan Keterlibatan Keluarga SYL dalam Pencucian Uang, Digunakan untuk Skincare dan Renovasi Rumah

Daftar Dugaan Keterlibatan Keluarga SYL dalam Pencucian Uang, Digunakan untuk Skincare dan Renovasi Rumah

Tren
Daftar Keluarga Jokowi yang Terima Penghargaan, Terbaru Bobby Nasution

Daftar Keluarga Jokowi yang Terima Penghargaan, Terbaru Bobby Nasution

Tren
Benarkah Tidur di Kamar Tanpa Jendela Berakibat TBC? Ini Kata Dokter

Benarkah Tidur di Kamar Tanpa Jendela Berakibat TBC? Ini Kata Dokter

Tren
Ini Daftar Kenaikan HET Beras Premium dan Medium hingga 31 Mei 2024

Ini Daftar Kenaikan HET Beras Premium dan Medium hingga 31 Mei 2024

Tren
Ramai soal Nadiem Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris, Ini Kata Kemendikbud Ristek

Ramai soal Nadiem Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris, Ini Kata Kemendikbud Ristek

Tren
Media Korsel Soroti Pertemuan Hwang Seon-hong dan Shin Tae-yong di Piala Asia U23

Media Korsel Soroti Pertemuan Hwang Seon-hong dan Shin Tae-yong di Piala Asia U23

Tren
10 Ras Anjing Pendamping yang Cocok Dipelihara di Usia Tua

10 Ras Anjing Pendamping yang Cocok Dipelihara di Usia Tua

Tren
5 Manfaat Kesehatan Daging Buah Kelapa Muda, Salah Satunya Menurunkan Kolesterol

5 Manfaat Kesehatan Daging Buah Kelapa Muda, Salah Satunya Menurunkan Kolesterol

Tren
Viral, Video Sopir Bus Cekcok dengan Pengendara Motor di Purworejo, Ini Kata Polisi

Viral, Video Sopir Bus Cekcok dengan Pengendara Motor di Purworejo, Ini Kata Polisi

Tren
PDI-P Laporkan Hasil Pilpres 2024 ke PTUN Usai Putusan MK, Apa Efeknya?

PDI-P Laporkan Hasil Pilpres 2024 ke PTUN Usai Putusan MK, Apa Efeknya?

Tren
UKT Unsoed Tembus Belasan-Puluhan Juta, Kampus Sebut Mahasiswa Bisa Ajukan Keringanan

UKT Unsoed Tembus Belasan-Puluhan Juta, Kampus Sebut Mahasiswa Bisa Ajukan Keringanan

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke