Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Viral: Meranumkan Konstruksi Berpikir

Contoh kasus adalah peristiwa polisi tembak polisi. Kemudian kisah Camat di Payakumbuh yang viral. Tanpa ingin menggali lebih jauh, seseorang asik dengan pikirannya sendiri dan celakanya, salah.

Banyak orang sudah out of the box dan berubah menjadi ahli. Anehnya ketika pikirannya tersingkir atau berbeda dari sesuatu yang viral, ia mengubah sikapnya dengan cepat. Mengikuti. Namanya follower, mengekor. Ia korban isi kepalanya sendiri. Ia kemudian hanyut.

Jadi, kemerdekaannya berpikir berubah sesuai arus utama, ia tidak kokoh dalam pendirian, karena dari awal sudah tergesa-gesa.

Persis postingan di medsos, apa isi komentar pertama, maka itu yang diikutinya. Ia kehilangan dirinya sendiri.

Misal yang terbaru ibu PC bermasker lebar, istri jenderal yang bermasalah, tampil di dekat gerbang Mako Brimob. Ibu itu dianggap bukan yang bersangkutan alias diperankan orang lain.

Ini karena wajahnya tidak sesuai dengan wajah di medsos, itu bukan dia. Padahal, kita tidak tahu, wajah yang sebenarnya. Inilah ikut-ikutan berikutnya.

Kasus lain, Bu Camat di Payakumbuh. Sama saja, kemerdekaan berpikir, simpang-siur. Sesekali memihak dia, ketika lain memihak MUI dan wali kota. Hanyut-hanyut tak menentu saja.

Konstruksi berpikir hanyut itu akan membesar dalam wadah. Wadah itu: medsos dan WAG. Di wadah itulah akhirnya masing-masing mencurahkan pendapatnya.

Banyak yang senang jika konstruksi pikirnya disukai dan sebaliknya. Tak suka dia lalu cabut dari grup. Atau sumringah jika banyak like.

Orang punya gaya dan minat sama kumpul di komunitas yang sama pula. Acap pula mereka terjebak dalam teori konspirasi yang dibuat sendiri.

Pokoknya ini terjadi karena naga sembilan, misalnya. Dia tak tahu pula apa itu naga sembilan.

Di sana akan ketahuan apakah konstruksi pikiran kita benar atau banyak salahnya. Jadi bisa dideteksi bagaimana selera orang dan selera sendiri dalam membaca hal-hal yang sedang dibicarakan.

Secara naluri, tiap kita ingin menjadi orang yang paling hebat. Tapi, jangan dipaksakan.

Jika dilihat kasus pembunuhan polisi oleh polisi, maka berbagai pendapat muncul, media arus utama telah tampil kembali mengambil kerjanya dengan nyata.

Kasus jagal di rumah jenderal ini mengajak kita agar membentuk konstruksi pikiran dengan benar, bukan tebak-tebakan. Jika tidak, maka akan membuka teori konspirasi yang masing-masing kita membangun sendiri, dan menghakimi pelaku yang entah siapa.

Kasus pembunuhan paling heboh di Indonesia, setelah kopi sianida ini, bisa dijadikan bahan untuk belajar mengkonstruksikan pikiran.

Karena ini bulan kemerdekaan, maka marilah kita dewasa berpikir dan mengkonstruksikan sebuah peristiwa dengan sikap merdeka, bukan bak mobil putus rem. Jangan cepat-cepat, tertegunlah sebentar.

Pikirlah dulu. Bukankah pikir itu pelita hati. Merdeka berpikir tak sama dengan berbuat serampangan.

https://www.kompas.com/tren/read/2022/08/10/100744565/viral-meranumkan-konstruksi-berpikir

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke