Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Sindrom Kelelahan Kronis, Saat Lelah Tak Bisa Sembuh Hanya dengan Istirahat

KOMPAS.com - Pernahkah Anda merasa lelah tanpa sebab? Atau rasa lelah yang ketika digunakan beristirahat atau tidur tetap tidak kunjung menghilang?

Jika iya, bisa jadi Anda mengalami kondisi yang disebut chronic fatigue syndrome (CFS) atau sindrom kelelahan kronis.

Penderita sindrom ini akan mengalami kelelahan ekstrem yang tidak bisa pulih hanya dengan istirahat.

Lantas, apa itu sindrom kelelahan kronis ini?

Sindrom kelelahan kronis

Tak sama seperti kelelahan biasa, chronic fatigue syndrome atau sindrom kelelahan kronis, atau bisa juga disebut myalgic encephalomyelitis (ME) adalah kelelahan ekstrem yang tak lekas membaik meski penderita sudah cukup beristirahat.

Melansir dari Mayo Clinic, seseorang dikatakan mengalami sindrom kelelahan kronis jika rasa lelah berlangsung lebih dari enam bulan.

Selain itu, kelelahan juga diiringi dengan beberapa gejala khas, termasuk:

Gejala lain sindrom kelelahan kronis

Selain gejala khas, ada juga gejala lain sindrom kelelahan kronis. Namun, gejala ini bisa bervariasi antara satu orang dengan lainnya.

Tingkat keparahan gejala pun berfluktuasi, naik turun dari hari ke hari. Gejala tersebut termasuk:

Penyebab dan faktor risiko

Sayangnya, penyebab sindrom kelelahan kronis belum diketahui secara pasti.

Namun menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), kemungkinan karena infeksi virus, melemahnya sistem kekebalan tubuh, stres, atau ketidakseimbangan hormon.

Beberapa virus yang diduga berhubungan dengan sindrom ini, antara lain:

  • Human herpesvirus 6
  • Enterovirus
  • Rubella
  • Candida albicans
  • Bornavirus
  • Mykoplasma
  • Human immunodeficiency virus (HIV)

Meski umumnya berkembang setelah infeksi virus, tetapi tidak ada jenis infeksi tunggal yang menyebabkan sindrom kelelahan kronis.

Menurut CDC, sindrom kelelahan kronis adalah tahap akhir dari berbagai kondisi yang berbeda, bukan hanya dari satu kondisi khusus.

Adapun, beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko terkena sindrom kelelahan kronis, meliputi:

1. Usia

Menurut Mayo Clinic, sindrom ini bisa terjadi di semua usia. Namun, orang-orang di usia dewasa muda hingga paruh baya lebih berisiko terkena chronic fatigue syndrome.

2. Jenis kelamin

Selama ini, diagnosis sindrom kelelahan kronis lebih sering diberikan kepada wanita daripada pria.

Akan tetapi, hal ini bisa juga dikarenakan wanita lebih cenderung melaporkan gejalanya ke dokter, dibanding pria.

Penanganan

Dilansir dari Pelayanan Kesehatan Nasional Britania Raya (NHS), perawatan untuk chronic fatigue syndrome bertujuan meredakan gejala.

Perawatan atau penanganan yang dilakukan juga tergantung pada penyebab atau kondisi yang membuat penderita terkena CFS.

Perawatan sindrom kelelahan kronis ini bisa berupa:

  1. Terapi perilaku kognitif
  2. Manajemen energi, di mana penderita diberi saran tentang bagaimana memanfaatkan energi yang dimiliki dengan sebaik-baiknya, tanpa memperburuk gejala
  3. Konsumsi obat untuk mengurangi gejala, seperti nyeri dan masalah tidur.

https://www.kompas.com/tren/read/2022/05/20/180500265/sindrom-kelelahan-kronis-saat-lelah-tak-bisa-sembuh-hanya-dengan-istirahat

Terkini Lainnya

Ilmuwan Akhirnya Tahu Apa Isi Bulan, Disebut Mirip dengan Bumi

Ilmuwan Akhirnya Tahu Apa Isi Bulan, Disebut Mirip dengan Bumi

Tren
14 Kepala Daerah Penerima Satyalancana dari Jokowi, Ada Bobby tapi Gibran Batal Hadir

14 Kepala Daerah Penerima Satyalancana dari Jokowi, Ada Bobby tapi Gibran Batal Hadir

Tren
KAI Sediakan Fitur 'Connecting Train' untuk Penumpang yang Tidak Dapat Tiket di Stasiun

KAI Sediakan Fitur "Connecting Train" untuk Penumpang yang Tidak Dapat Tiket di Stasiun

Tren
Daftar Dugaan Keterlibatan Keluarga SYL dalam Pencucian Uang, Digunakan untuk Skincare dan Renovasi Rumah

Daftar Dugaan Keterlibatan Keluarga SYL dalam Pencucian Uang, Digunakan untuk Skincare dan Renovasi Rumah

Tren
Daftar Keluarga Jokowi yang Terima Penghargaan, Terbaru Bobby Nasution

Daftar Keluarga Jokowi yang Terima Penghargaan, Terbaru Bobby Nasution

Tren
Benarkah Tidur di Kamar Tanpa Jendela Berakibat TBC? Ini Kata Dokter

Benarkah Tidur di Kamar Tanpa Jendela Berakibat TBC? Ini Kata Dokter

Tren
Ini Daftar Kenaikan HET Beras Premium dan Medium hingga 31 Mei 2024

Ini Daftar Kenaikan HET Beras Premium dan Medium hingga 31 Mei 2024

Tren
Ramai soal Nadiem Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris, Ini Kata Kemendikbud Ristek

Ramai soal Nadiem Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris, Ini Kata Kemendikbud Ristek

Tren
Media Korsel Soroti Pertemuan Hwang Seon-hong dan Shin Tae-yong di Piala Asia U23

Media Korsel Soroti Pertemuan Hwang Seon-hong dan Shin Tae-yong di Piala Asia U23

Tren
10 Ras Anjing Pendamping yang Cocok Dipelihara di Usia Tua

10 Ras Anjing Pendamping yang Cocok Dipelihara di Usia Tua

Tren
5 Manfaat Kesehatan Daging Buah Kelapa Muda, Salah Satunya Menurunkan Kolesterol

5 Manfaat Kesehatan Daging Buah Kelapa Muda, Salah Satunya Menurunkan Kolesterol

Tren
Viral, Video Sopir Bus Cekcok dengan Pengendara Motor di Purworejo, Ini Kata Polisi

Viral, Video Sopir Bus Cekcok dengan Pengendara Motor di Purworejo, Ini Kata Polisi

Tren
PDI-P Laporkan Hasil Pilpres 2024 ke PTUN Usai Putusan MK, Apa Efeknya?

PDI-P Laporkan Hasil Pilpres 2024 ke PTUN Usai Putusan MK, Apa Efeknya?

Tren
UKT Unsoed Tembus Belasan-Puluhan Juta, Kampus Sebut Mahasiswa Bisa Ajukan Keringanan

UKT Unsoed Tembus Belasan-Puluhan Juta, Kampus Sebut Mahasiswa Bisa Ajukan Keringanan

Tren
Sejarah dan Makna Setiap Warna pada Lima Cincin di Logo Olimpiade

Sejarah dan Makna Setiap Warna pada Lima Cincin di Logo Olimpiade

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke