Salah seorang warganet mengungkapkan, manfaat kesehatan yang dirasakan seseorang yang melakoni diet vegan hanya terasa selama 1-2 tahun saja.
"Cerita orang-orang jadi vegan 1-2 tahun merasa sehat, mulai tahun ketiga baru badan hancur," tulis salah satu ikun di Twitter, Jumat (10/12/2021).
Menurut akun itu, gizi nabati berbeda dengan gizi hewani. Oleh karena itu, tidak semua orang cocok melakoni diet vegan.
"Beberapa tahun pertama jadi vegan itu sebenarnya proses eksperiman untuk nguji apakah badan bisa efektif make gizi dari tanaman," kata dia.
"Yang lolos uji pada jadi influencer vegan, yang gagal ya badan ancur, mesti balik lagi makan daging," demikian narasi yang dibagikan akun tersebut.
Vegan yang kembali makan daging
Akun itu membagikan sebuah artikel dari The Guardian, yang menceritakan pengalaman seorang vegan yang akhirnya kembali mengonsumsi daging.
Melansir The Guardian, 4 Desember 2021, pengalaman beralih dari diet vegan ke konsumsi gizi hewani dibagikan oleh Freya Robinson (28) perempuan asal Sussex Timur, Inggris.
Pada 2015, Robinson memutuskan untuk menjadi seorang vegan, dan selama setahun berikutnya ia tidak mengonsumsi produk hewani sama sekali.
Kemudian, pada 2016, ketika sedang berlibur bersama keluarganya di Bulgaria, ia melintas di depan sebuah restoran steak dan terbersit di pikirannya untuk mampir.
"Aku masuk dan memesan steak terbesar yang bisa kumakan dan benar-benar menghabiskannya," kata Robinson.
Setelah menghabiskan seporsi steak itu, Robinson memesan seporsi lagi dan menyantapnya hingga tandas.
Robinson mengklaim, selama setahun melakoni diet vegan, ia menderita berbagai permasalahan kesehatan. Keluhan yang ia rasakan mulai dari lesu, pikiran berkabut, menstruasi yang menyakitkan dan kulit kusam, yang ia yakini merupakan hasil dari melakoni diet vegan.
Robinson mengatakan, keluhan-keluhan kesehatan itu tidak datang secara tiba-tiba, tetapi timbul secara bertahap sehingga nyaris tidak disadari.
"Karena itu tidak tiba-tiba terjadi, jadi Anda tidak langsung merasa tidak enak keeseokan harinya, itu terjadi berbulan-bulan. Itu terjadi amat-sangat lambat," kata Robinson.
Hanya dalam waktu satu tahun, Robinson merasa bahwa makanan nabati yang ia masak setiap hari menggunakan sayuran organik dari pertanian tempatnya bekerja, telah mempengaruhi tubuhnya.
Robinson mengungkapkan, pagi hari setelah menyantap steak itu, ia merasa luar biasa.
"Aku merasakan gelombang energi ini. Wajahku kembali bersinar. Aku ingat melompat dari tempat tidur dan baru pada saat itulah kusadari bahwa aku perlahan-lahan telah menghabiskan nutrisi penting dalam tubuhku,” ungkap Robinson.
Ia mengatakan, setelah kembali mengonsumsi produk hewani, kemampuannya untuk mengatasi stres kembali seperti sebelumnya dan tubuhnya terasa lebih fit.
Diet vegan belum tentu cocok untuk semua orang
Ahli gizi DR dr Tan Shot Yen mengatakan, diet vegan memang belum tentu cocok dijalani oleh setiap orang.
"Tentu tidak semua orang bisa. Apalagi yang masih terkendala dengan edukasi, atau usia tumbuh kembang, ibu menyusui dan hamil," kata Tan, saat dihubungi Kompas.com, Minggu (12/12/2021).
Tan membenarkan bahwa keluhan-keluhan kesehatan dapat timbul apabila seseorang memaksakan diet vegan.
"Segala hal bisa terjadi. Makanya mesti dicek apakah dia anemia atau tidak, atau karena keterbatasan jenis menu vegan dan rasa yang tidak cocok, dia makan jadi amat sedikit," ujar Tan.
Menurut Tan, ada perbedaan mendasar pada gizi nabati dan hewani, yang membuat keduanya tidak bisa dipisahkan dan vital bagi tubuh manusia. Perbedaan itu adalah bioavabilitas.
"Bioavailabilitas. Zat besi misalnya, pada hewan bentuknya heme. Kemampuan tubuh menyerap lebih tinggi ketimbang asal nabati yang non-heme," kata Tan.
"Jadi walaupun di atas kertas jumlah kandungan zat besinya (nabati) tinggi, faktanya in vivo (dalam tubuh) tidak banyak yang bisa digunakan," jelas dia.
Diet seimbang ala "Isi Piringku"
Tan mengatakan, konsep diet yang tepat bisa mengacu pada konsep "Isi Piringku" dan empat pilar gizi seimbang.
Mengutip laman Kementerian Kesehatan, "Isi Piringku" merupakan konsep diet seimbang yang memadukan komponen nabati dan hewani, terdiri dari:
Adapun empat pilar gizi seimbang, yaitu pola hidup aktif dan berolahraga, menjaga berat badan ideal, mengonsumsi makanan dengan beraneka ragam, dan menerapkan pola hidup bersih dan sehat.
"Pada prinsipnya konsep 'Isi Piringku'-kan sudah lebih banyak nabatinya. Hanya kita perlu lebih cermat memilih lauk yang berasal dari protein berkualitas, salah satunya ikan atau telur," jelas Tan.
Menurut Tan, diet seimbang dengan memadukan keanekaragaman sumber pangan dan nutrisi sangat penting untuk menjaga kesehatan tubuh.
"Keberagaman pangan itu perlu. Bukan mengeliminasi salah satu sumber makronutrien yang berkualitas tinggi," kata Tan.
https://www.kompas.com/tren/read/2021/12/12/193000065/diet-vegan-disebut-bikin-badan-jadi-lemas-benarkah-ini-kata-ahli-gizi