Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Menjaring Makna Kehidupan dari Marcus Aurelius Antoninus Augustus

BARANGKALI Marcus Aurelius Antoninus Augustus (26 April 121–17 Maret 180) adalah satu-satunya kaisar di dunia yang menulis sebuah buku penting untuk diwariskan pada umat manusia.

Selain simbol kebanggaan imperium Romawi, ia juga bukti nyata dari apa yang pernah diyakini filsuf Muslim, Alfarabi, dengan konsep Raja Filsufnya. Bisa jadi, Marcus pula yang menginspirasi tokoh penting dunia Islam itu sebelum ia menulis karyanya yang bertema politik, Madinah al Fadhilah.

Agak menarik mengamati tokoh dari Barat ini, mengingat Roma bertindak sebagai jembatan emas Zaman Aksial, menuju era keemasan peradaban Islam beberapa abad kemudian.

Zaman itu menjadi saksi kemunculan para bijak bestari sedari Aleksandria, Yunani, hingga Persia. Bentangan masanya berlangsung sejak 900-200 SM.

Sakyamuni, Luqman al Hakim, Hermes, Pythagoras, Euclid, Socrates, Plato, Aristoteles, Diogenes, Anaximenes, Anaximandros, Thales, merupakan persona yang turut mewarnai masa itu dengan gilang gemilang.

Saat ini kita memang hidup pada zaman jenius-ilmiah. Namun spiritualitas kita jauh tertinggal tinimbang mereka. Harus diakui, pada mereka lah kita mesti berguru dengan segenap kerendahan hati.

Aksial berakar kata dari “axios” yang bisa diartikan sebagai nilai. Pada zaman ini, sendi dan dasar keagamaan mulai dicari, untuk kemudian disusun menjadi satu aliran keagamaan murni.

Pemahaman itu bersifat menelusuri tujuan hidup secara transenden dengan yang ilahiah. Karena itulah mereka memiliki ilmu-pengetahuan mendalam tentang dunia, dengan terus bertanya terkait persoalan metafisika hingga fisika hidup manusia di alam raya.

Dalam suasana sebegitu rupa itulah, Marcus muncul ke permukaan dunia baru. Roma yang melanjutkan kiprah Yunani, tentu tak bisa lepas dari corak pendahulunya.

Membaca karya monumental yang ia wariskan, berjudul Meditations (Noura Books, 2021), kami membayangkan betapa bersahajanya kehidupan Marcus sebagai seorang kaisar dari imperium raksasa—yang menandingi kedigdayaan Persia di belahan timur.

Tapi selama Marcus bertakhta, kecil kemungkinan ia mau bersitegang dengan imperium lain. Hal itu bisa kita amini dengan mengamati catatannya yang berbunyi,

“Kita semua lahir untuk bekerja sama. Melawan satu sama lain adalah hal bertentangan dengan alam.”

Ia menolak bentuk perselisihan apa pun, terutama yang berlangsung di dalam dirinya sendiri. Marcus lebih senang menggunakan waktu yang ia miliki, untuk kepentingan yang jauh lebih maslahat.

Amatilah zaman yang sedang kita lintasi sekarang. Betapa teramat banyak kesia-siaan kita lakukan untuk memikirkan orang lain, yang bahkan tidak menjadi kebaikan bersama.

Kenapa kita harus kehilangan waktu dan kesempatan melakukan hal-hal lain yang lebih penting—terutama yang berkenaan dengan kebaikan diri sendiri?

Duaribu tahun lampau, Marcus telah menyadari itu, dengan menuliskan,

“Betapa sering dirimu mendapatkan kesempatan, tapi tidak menggunakannya. Padahal, ada batas waktu yang sudah ditetapkan untukmu. Jika kau tidak memanfaatkannya, maka waktu akan berlalu. Kau kan meninggalkan dunia ini dan kesempatan itu takkan kembali.”

Kita bisa saja meninggalkan hidup ini sekarang juga. Maka mengatur segala hal yang dipikirkan dan ingin dilakukan dengan baik, jelas menjadi sebuah keharusan.

Kematian adalah hal yang pasti, demikian juga kehidupan, ketenaran dan aib, rasa sakit dan kenikmatan, kekayaan dan kemiskinan. Semua itu terjadi pada semua orang. Apa pun keadaan-kenyataannya.

Kaisar Marcus berkata,

“Terima apa pun yang terjadi. Semua itu tertulis dalam suratan takdir. Nantikanlah kedatangan Sang Maut dengan gembira, seolah-olah itu tak lebih dari bubarnya elemen pembentuk makhluk hidup."

“Semuanya tidak kekal, baik yang mengingat maupun yang diingat. Tak perlu menakuti kematian, tetapi berbahagialah terhadapnya, karena kematian juga salah satu bagian dari kehendak alam raya,” pesan Marcus.

Mencermati kalimat tersebut, pasti Anda segera bisa memafhumi kesejajarannya dengan ajaran Islam dan khazanah luhur bangsa Nusantara. Seperti para mpu kita pada zaman lalu, dan wali agung Islam sepeninggal Rasulullah Saw, Marcus juga beroleh kesadaran yang sama tentang ketidakekalan kita sebagai makhluk.

Semua yang bernama ciptaan berada dalam kondisi menjadi dan terus menjadi. Karena itulah tak abadi.

Pengaruh Plato pada kedalaman renungannya, juga bisa kita tengarai dengan kalimat seperti ini.

“Mereka yang gagal memperhatikan jiwa sendiri, sudah pasti tidak bahagia. Tidak ada tempat yang lebih tenang ketimbang saat seorang manusia masuk ke dalam jiwanya sendiri.”

Kecemasan pandemi

Kecemasan yang kita alami—terutama karena pandemi yang tak kunjung usai, sejatinya hanya datang dari opini-opini yang muncul dari kesemrawutan pikiran semata.

Justru selama kita masih diberkahi hidup, selagi masih punya kemampuan, tak ada pilihan lain kecuali tetap beritikad melakukan kebaikan dan jadilah orang yang baik.

Dengan nalar yang bekerja secara sempurna, apa lagi yang kauinginkan dalam hidup?

Berkatakata dan bertindaklah sesuai akal sehat. Tujuan seperti itu membebaskan seseorang dari segala kebutuhan untuk membuat orang lain terkesan.

Marcus ingin mengajak kita melepaskan diri dari segala penilaian yang datang dari orang lain. Tindakan dengan nalar disebut catorthoseis atau tindakan yang benar. Istilah ini menandakan bahwa kita bergerak di jalan yang benar.

Manusia sebagai makhluk penjaring makna, memang selalu berusaha menerbitkan penilaian pada segala sesuatu—yang padahal jauh dari keasaliannya. Itulah petaka kehidupan kita yang kian banal.

Semesta keselarasanmu adalah keselarasanku. Tak satu pun yang menurutmu baik untuk diriku tiba lebih awal maupun terlambat. Semua hadir pada saat yang tepat.

Pun begitu sebaliknya. Tiada sesuatu pun yang buruk terjadi, kecuali memang harus terjadi, dan itu semua takkan bisa lepas dari alam pikiran kita. Itulah yang disebut karma.

Jangan biarkan dirimu menjadi tiran maupun budak bagi manusia mana pun, dan jangan pula engkau memperbudak orang lain dalam kehidupanmu. Masingmasing kita punya kendali penuh dari diri sendiri.

Semua yang ada pada masa kini, adalah benih dari semua yang kelak ada di masa depan. Semua yang sudah terjadi pada masa lalu, juga akan begitu pada hari ini, dan kemudian nanti.

Kenapa begitu? Karena alam semesta adalah satu entitas yang hidup, yang memiliki kesejatian dan satu jiwa sendiri.

Pikirkanlah tentang tujuan kita diciptakan, maka perjalanan kita akan diarahkan ke tujuan tersebut. Pikiran menyesuaikan dan mengubah hambatan apa pun menjadi tindakan guna memenuhi tujuannya.

Menfaatkan rintangan pada pekerjaan tertentu sebagai pendorong, dan hambatan di jalan tertentu menjadi keuntungan.

Ketika kau dipaksa keadaan hingga mengalami kesulitan, kembalilah ke dalam diri sendiri. Kau akan makin menguasai harmoni dengan terus kembali ke sana.

Mencintai diri dan kehidupan

Selaraskanlah diri dengan segala hal yang telah menjadi tanggung jawabmu, dan cintai orang-orang yang telah ditakdirkan untukmu, tetapi cintamu harus tulus sepenuh hati.

Cintailah apa yang muncul di jalan setapak hidup yang ditakdirkan Tuhan untukmu. Adakah yang lebih selaras untuk kita selain itu?

Kita semua bekerjasama demi satu tujuan dengan cara berbeda. Masing-masing manusia harmoni dengan kondisi dan kodratnya sendiri.

Sedangkan kodrat alam semesta memiliki prinsip, bahwa ia tidak dapat dipaksa oleh penyebab luaran apa pun untuk menciptakan sesuatu yang berbahaya bagi dirinya sendiri.

Apa yang dibawa kodrat universal untuk masing-masing ciptaan, memiliki manfaat yang telah ada sejak hal tersebut tercipta. Di atas lambaran keyakinan itulah sejatinya kita bisa mengimani keselamatan hidup pribadi.

Turunan dari keyakinan ultim semacam itu, niscaya mengantarkan pada kedalaman pemahaman bahwa nilai diri setiap orang sebanding dengan nilai segala sesuatu yang ia kerjakan.

Karena segala sesuatu saling berkaitan satu sama lain, diikat oleh kesakralan. Sambung menyambung tak terpisahkan.

Apakah ada yang bisa dicapai dalam kehidupan ini tanpa mengalami proses perubahan?

Tidakkah kaumengerti bahwa kau pun perlu berubah, dan perubahan itu juga dibutuhkan untuk kodrat keseluruhan?

Kodrat universal takkan memberi apa pun yang tidak kautanggung dan butuhkan. Maka menjadi masuk akal tak terlalu banyak berpikir tentang apa yang tidak kaumiliki, dan jauh lebih baik memikirkan tentang berkah terbesar dari apa yang masih kita miliki.

Istirahat dan pulanglah ke dalam dirimu yang sejati. Sudah menjadi kodrat dari pikiran pengendali yang rasional, bahwa kita sudah semestinya berbahagia ketika berlaku adil pada diri sendiri, dan dengan cara seperti inilah kita memelihara ketenangan bathin.

Jangan pernah dikuasai oleh laku lampah indrawi atau dorongan hasrat, karena keduanya berasal dari tatanan hewani.

Seni hidup lebih menyerupai bergulat tinimbang menari, karena kita harus tetap tegak berdiri untuk mengahadapi apa pun yang terjadi dan tidak terlempar karena sesuatu yang bersifat seketika dan tak diperkirakan.

Kita memiliki kemampuan hidup bebas tanpa tekanan dan dengan rasa damai tertinggi dalam pikiran-perasaan. Sungguh menggelikan jika kita tidak melarikan diri dari sifat buruk sendiri, padahal itu mungkin dilakukan, sementara kita terus mencoba melarikan diri dari sifat buruk orang lain, padahal itu musykil dilakukan.

Melakukan perbuatan yang benar merupakan sebuah kepuasan bagi tiap manusia, dan pekerjaan yang benar adalah yang membawa kebaikan untuk diri dan sesamanya.

Tugas kitalah mengatur kehidupan dengan baik dalam setiap tindakan, dan jika setiap tindakan mencapai tujuannya sebaik mungkin, maka bersyukurlah.

Jika kautersakiti oleh hal-hal luaran, itu bukanlah masalah berarti. Toh sebenarnya bukan hal itu yang mengganggumu, tetapi penilaianmu sendiri terhadapnya.

Kaupunya kemampuan menghapusnya sekarang. Kesadaran serupa itu, tak jauh beda dengan upaya kita menyenangkan liyan padahal kita dalam keadaan sebaliknya, atau orang tersebut bahkan tak bisa membuat dirinya merasa senang.

Begitu pun dengan orang yang menganiaya. Sesungguhnya ia sedang menganiaya diri sendiri, karena ia membuat dirinya melakukan keburukan. Kita takkan dapat mengajari orang lain sebelum belajar lebih dulu—terutama perihal kehidupan.

Setiap tindakan yang kaulakukan menjadi bagian tak terlepas dari semarak kehidupan. Segala peristiwa dalam hidupmu terjadi demikian adanya karena kaumampu menghadapinya dengan ketahanan alamimu, atau bisa juga tidak.

Jika itu adalah peristiwa yang mampu kauhadapi, jangan mengeluh, tetapi hadapilah, seperti kau dilahirkan untuk menghadapinya. Namun, jika itu di luar kemampuanmu, jangan mengeluh juga, karena masalah itu akan menghilang setelah ia menyita pikiranmu.

Ketika kau tersinggung karena kesalahan yang dilakukan orang lain, berbaliklah kepada dirimu dan renungkan kesalahan serupa yang kaulakukan. Sederhana bukan?

Orang yang bajik, dan apa adanya, akan memperlihatkan kualitas itu dalam binaran matanya, dan kau tidak dapat salah mengira karakter orang semacam itu.

Apa yang akan dilakukan manusia paling jahat terhadapmu, jika kau terus bersikap baik padanya?

Saat ada kesempatan, kau bisa dengan lembut menegur, dan dengan tenang memperbaiki kesalahannya. Tak perlu marah sama sekali. Ketauhilah, kemarahan adalah tanda kelemahan sekaligus rasa sakit. Dalam keduanya ada luka. Ada tanda menyerah. Kalah. Singkirkan purbasangka, maka kau akan selamat.

Lantas, siapakah yang bisa menghalangimu untuk menyingkirkan prasangka tersebut bila bukan diri sendiri?

Kendati ditulis secara terpisah, diskursif, dalam bentuk epigram berbahasa Yunani, namun Meditations jelas merupakan harta karun berharga dari masa lalu—dari seorang pemimpin besar dalam sejarah umat manusia.

Kecuali Sukarno, sampai saat ini pun, kita belum lagi menemukan ada seorang presiden dunia modern, yang sanggup menerbitkan sebuah buku sejenis—dengan kekuatan visi yang jauh melampaui zaman.

Buah perenungan raja-filsuf ini telah dianggap oleh banyak generasi sebagai salah satu buku besar sepanjang masa.

Marcus menganggitnya dari prinsip moral Stoicisme, yang dipelajari dari Epictetus: kosmos adalah kesatuan yang diatur kecerdasan, dan jiwa manusia adalah bagian dari kecerdasan Ilahi.

Ada juga beberapa dari perenungannya yang bercorak Platonisme dan Neoplatonisme, seperti yang kami nukil pada bagian akhir tulisan ini:

“Betapa menggelikan dan sungguh seperti orang asing di dunia ini, jika ada manusia yang masih juga terkejut dengan segala sesuatu yang dialami dalam hidupnya. Tak ada yang tampak hebat, kecuali kita bertindak sesuai arahan kodrat sendiri.”

Demikian yang diajarkan Marcus pada kita, dari masa dua alaf lalu. Walakin, kita hanya wayang yang digerakkan Dalang semesta raya. 

https://www.kompas.com/tren/read/2021/07/14/093934465/menjaring-makna-kehidupan-dari-marcus-aurelius-antoninus-augustus

Terkini Lainnya

Profil Shaun Evans, Wasit Indonesia vs Korsel Piala Asia U23 2024

Profil Shaun Evans, Wasit Indonesia vs Korsel Piala Asia U23 2024

Tren
Kenya Diterjang Banjir Bandang, KBRI Pastikan Kondisi WNI Aman

Kenya Diterjang Banjir Bandang, KBRI Pastikan Kondisi WNI Aman

Tren
Jadwal Festival Lampion Waisak Borobudur 2024, Tukar Tiket Mulai Mei

Jadwal Festival Lampion Waisak Borobudur 2024, Tukar Tiket Mulai Mei

Tren
Penelitian Menemukan Bagaimana Kucing Menghasilkan Suara Dengkuran Uniknya

Penelitian Menemukan Bagaimana Kucing Menghasilkan Suara Dengkuran Uniknya

Tren
Daftar Pelatih Timnas Indonesia dari Masa ke Masa, Shin Tae-yong Paling Lama

Daftar Pelatih Timnas Indonesia dari Masa ke Masa, Shin Tae-yong Paling Lama

Tren
Belum Terjual, Mobil Mario Dandy Dilelang mulai Rp 809 Juta, Simak Cara Belinya

Belum Terjual, Mobil Mario Dandy Dilelang mulai Rp 809 Juta, Simak Cara Belinya

Tren
Indonesia Vs Korea Selatan di Piala Asia U23, Shin Tae-yong dan Pratama Arhan Akan Hadapi Rekannya

Indonesia Vs Korea Selatan di Piala Asia U23, Shin Tae-yong dan Pratama Arhan Akan Hadapi Rekannya

Tren
Jadwal dan Live Streaming Indonesia Vs Korea Selatan di Piala Asia U23, Kick Off 00.30 WIB

Jadwal dan Live Streaming Indonesia Vs Korea Selatan di Piala Asia U23, Kick Off 00.30 WIB

Tren
Kronologi Perampok Sebar Uang Curian Rp 250 Juta untuk Mengecoh Kejaran Warga di Jambi

Kronologi Perampok Sebar Uang Curian Rp 250 Juta untuk Mengecoh Kejaran Warga di Jambi

Tren
20 Negara Penduduk Terbanyak di Dunia 2024, Indonesia Nomor Berapa?

20 Negara Penduduk Terbanyak di Dunia 2024, Indonesia Nomor Berapa?

Tren
Ilmuwan Akhirnya Tahu Apa Isi Bulan, Disebut Mirip dengan Bumi

Ilmuwan Akhirnya Tahu Apa Isi Bulan, Disebut Mirip dengan Bumi

Tren
14 Kepala Daerah Penerima Satyalancana dari Jokowi, Ada Bobby tapi Gibran Batal Hadir

14 Kepala Daerah Penerima Satyalancana dari Jokowi, Ada Bobby tapi Gibran Batal Hadir

Tren
KAI Sediakan Fitur 'Connecting Train' untuk Penumpang yang Tidak Dapat Tiket di Stasiun

KAI Sediakan Fitur "Connecting Train" untuk Penumpang yang Tidak Dapat Tiket di Stasiun

Tren
Daftar Dugaan Keterlibatan Keluarga SYL dalam Pencucian Uang, Digunakan untuk Skincare dan Renovasi Rumah

Daftar Dugaan Keterlibatan Keluarga SYL dalam Pencucian Uang, Digunakan untuk Skincare dan Renovasi Rumah

Tren
Daftar Keluarga Jokowi yang Terima Penghargaan, Terbaru Bobby Nasution

Daftar Keluarga Jokowi yang Terima Penghargaan, Terbaru Bobby Nasution

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke