Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Hari Radio Nasional, Bagaimana Sejarah Berdirinya RRI?

KOMPAS.com - Media sosial Twitter pagi ini, Jumat (11/9/2020), diramaikan dengan tagar #HariRadioNasional.

Pantauan Kompas.com, tagar tersebut berada di posisi ketujuh trending topic Twitter Indonesia pada pukul 10.37 WIB.

Hari ini memang bertepatan dengan ulang tahun ke-75 Radio Republik Indonesia (RRI) yang kemudian diperingati sebagai Hari Radio Nasional.

Mengutip laman resmi RRI, pemerintah Indonesia meresmikan berdirinya RRI pada 11 September 1945.

Berdirinya RRI sendiri tidak bisa dilepaskan dari keberadaan stasiun-stasiun radio di era itu.

Generasi pertama stasiun radio ada di Malabar, Jawa Tengah, sejak 1925, atau sekitar 20 tahun sebelum ada RRI.

Lima tahun setelah itu, terbentuk Nederland Indische Vereniging Radio Amateur (NIVERA) sebagai organisasi radio amatir milik Belanda.

Sementara stasiun radio pertama kali berdiri di Indonesia bernama BRV. BRV juga didirikan Belanda yang berlokasi di Batavia.

Selanjutnya juga ada Stasiun Radio Nederlandsch-Indische Radio Omroep Maatschappij (NIROM) di Jakarta.

Dilansir Kompas.com, 11 September 2018, setelah Jepang mengambil alih Indonesia, radio-radio siaran Jepang mulai berkumandang di Tanah Air. Jepang juga mengakuisisi stasion radio milik Belanda.

Selain untuk memberikan informasi, siaran radio juga berfungsi sebagai propaganda Jepang ke masyarakat Indonesia.

Namun, ada juga radio Jepang yang kesempatan banyak untuk mengembangkan kebudayaan dan kesenian, jauh lebih berkembang dibandingkan zaman penjajahan Belanda.

Jawatan radio swasta akhirnya dibekukan dan disatukan dalam satu komando Hoso Kanri Kyoku, yang merupakan pusat radio siaran dan berkedudukan di Jakarta.

Cabang-cabangnya yang dinamakan Hoso Kyoku terdapat di Bandung, Purwakarta, Yogyakarta, Surakarta, Semarang, Surabaya, dan Malang.

Selain itu, Hoso Kyoku juga mempunyai cabang kantor di kabupaten-kabupaten untuk menyiarkan programnya kepada masyarakat.

Saluran informasi di era kemerdekaan

Bom Hiroshima dan Nagasaki menjadi tanda runtuhnya kekuasaan Jepang di Indonesia. Berkat informasi radio, akhirnya Indonesia bisa segera merealisasikan kemerdekaanya melalui momentum Proklamasi pada 17 Agutus 1945.

Hoso Kyoku akhirnya dihentikan siarannya pada 19 Agustus 1945.

Situasi saat itu semakin mendesak ketika siaran-siaran radio memberitakan tentara Inggris yang mengatasnamakan sekutu akan menduduki Jawa dan Sumatera. Ditambah lagi, pihak Inggris akan melucuti senjata Jepang.

Menanggapi berita itu, masyarakat Indonesia yang aktif di radio menyadari perangkat radio merupakan alat yang diperlukan pemerintah Republik Indonesia untuk berkomunikasi dan memberi tuntunan kepada rakyat mengenai apa yang harus dilakukan.

Perwakilan delapan stasiun radio bekas Hosu Kyoku kemudian berkumpul di gedung Raad Van Indje Pejambon, Jakarta.

Muncul nota kesepahaman, salah satunya adalah meminta pemerintah untuk mendirikan stasiun radio sebagai alat komunikasi antara pemerintah dengan rakyat.

Radio dipilih sebagai alat komunikasi karena lebih cepat dan tidak mudah terputus saat terjadi pertempuran.

RRI akhirnya disepakati berdiri dan akan meneruskan penyiaran dari delapan stasiun di Jawa untuk menjadi alat komunikasi antara pemerintah dengan masyarakat.

RRI di masa kini

Mengutip laman resmi RRI, RRI dikukuhkan sebagai satu-satunya lembaga penyiaran yang dapat berjaringan secara nasional dan dapat bekerja sama dalam siaran dengan lembaga penyiaran asing.

RRI memiliki 62 stasiun penyiaran, termasuk siaran luar negeri.

Lembaga penyiaran itu juga diperkuat dengan 16 studio produksi serta 11 perwakilan RRI di luar negeri.

RRI memiliki:

  • 61 programa 1
  • 61 programa 2
  • 61 programa 3
  • 14 programa 4
  • 7 studio produksi

Dengan sumber daya itu, maka RRI setara dengan 205 stasiun radio.

https://www.kompas.com/tren/read/2020/09/11/120300565/hari-radio-nasional-bagaimana-sejarah-berdirinya-rri

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke