Namun, masih dibutuhkan studi lebih lanjut untuk mengonfirmasi teori ini.
***
Melansir South China Morning Post, Sabtu (18/7/2020), para peneliti UC Berkeley School of Public Health melakukan studi dan menunjukkan bahwa strain berbeda dari virus corona jenis baru yang menular dalam suatu komunitas dapat menginfeksi seseorang sekaligus.
Menurut para peneliti, variasi patogen yang ditemukan di Eropa dan Amerika Serikat dapat menyebabkan timbulnya "serial infection" pada beberapa orang.
Hal ini mengakibatkan sistem kekebalan tubuh mengalami kebingungan dalam menghadapinya. Efeknya, bisa memicu reaksi berlebihan hingga menyebabkan kematian.
"Jika satu strain masih sangat lazim, situasinya harus dipantau dengan ketat, terutama untuk kejadian penyakit yang parah, dan jarak sosial harus tetap dipertahankan untuk memastikan strain kedua tidak menginfeksi," ujar Lee Riley, profesor dan ketua divisi penyakit menular dan vaksinologi di UC Berkeley School of Public Health.
Temuan ini belum peer-review dan telah diunggah di medRxiv.org pada Rabu (15/7/2020).
Sebelumnya, sebuah penelitian menyebutkan bahwa mutasi virus yang disebut D614G dapat membuat virus SARS-CoV-2 lebih menular.
Mutasi virus tersebut jarang terjadi di China. Akan tetapi, pada awal Juli, lebih dari 70 persen sampel dalam basis data global telah memiliki variasi tersebut.
Strain D614G diketahui berevolusi lebih lanjut menjadi dua sub kelompok utama yakni strain pertama dengan satu mutasi tambahan (C14408T). Sementara, strain lainnya dengan dua mutasi tambahan (C14408T, G2556T).
Strain mutasi yang pertama tersebut adalah yang dominan di Eropa Barat, sedangkan yang kedua adalah yang paling umum di Amerika Serikat.
Awalnya, para peneliti curiga variasi tersebut dapat menimbulkan ancaman yang berbeda terhadap orang-orang.
Akan tetapi, teorinya tak didukung oleh data.
Para peneliti kemudian justru melihat saat kedua strain menghantam bersamaan, ada kecenderungan kasus kematian memuncak beberapa minggu setelah co-sirkulasi.
Bahkan, meski sudah disesuaikan dengan faktor kematian lain.
"Temuan ini meningkatkan kemungkinan bahwa orang yang tinggal di tempat dengan prevalensi tinggi dari strain yang bersirkulasi, dapat terinfeksi secara simultan dengan setiap varian," kata para peneliti.
Contohnya, Jerman yang memiliki angka kematian rendah pada awal pandemi. Tiga hingga empat minggu kemudian, angka kematian memuncak.
Hal ini terjadi telah strain Amerika Serikat menyebar di Jerman pada bulan Maret.
Para peneliti juga menemukan, jika strain kedua hanya menginfeksi sebagian kecil populasi, tetap ada risiko menimbulkan lonjakan kematian.
Menurut peneliti, di Inggris hanya ada strain Amerika sebanyak 6,4 persen sampel.
Akan tetapi, sebetulnya orang yang terinfeksi secara serial lebih tinggi dan mendorong kematian di Inggris menjadi 14 persen.
Kota California dan San Fransisco juga memiliki kematian rendah yaitu 1,6 persen yang didominasi oleh orang Amerika.
Sementara, daerah Santa Clara di negara bagian yang sama mengalami cosirkulasi dengan strain Eropa sehingga kota itu memiliki tingkat kematian tiga kali lebih tinggi.
Menurut peneliti, hal itu bisa terjadi di negara lain. Meskipun belum ada gambaran yang lebih jelas soal ini.
"Tidak banyak urutan yang disimpan dari Afrika dan Amerika Selatan sekarang sehingga sulit untuk mengatakan apa yang terjadi di wilayah itu," ujar Riley.
Sebuah penelitian yang dilakukan di Universitas Zheijang China sebelumnya juga menyebut bahwa seseorang dapat terinfeksi beberapa jenis virus dengan kemampuan replikasi yang berbeda-beda.
Akan tetapi, penelitian itu tidak memberikan penjelasan bagaimana virus itu memengaruhi pasien.
https://www.kompas.com/tren/read/2020/07/18/173357965/mungkinkah-terinfeksi-dua-strain-virus-corona-sekaligus