Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Tanpa Vaksin, Herd Immunity Bisa Membuat Jutaan Orang Meninggal

KOMPAS.com - Sebagian orang meyakini bahwa kekebalan bisa didapatkan setelah seseorang terpapar penyakit dan sembuh. Setelah itu, orang tersebut tidak akan tertular penyakit tersebut.

Sehingga beberapa orang berharap bahwa kekebalan yang luas dapat menjadi jalan keluar dari pandemi virus corona Covid-19 ini. Namun kondisi yang disebut dengan Herd Immunity itu sulit terwujud tanpa adanya vaksin.

Apa itu herd immunity atau kekebalan kawanan?

Jika setiap orang dalam suatu populasi kebal terhadap infeksi, maka virus itu tidak dapat menyebar. Semakin banyak orang yang kebal, semakin besar kemungkinan orang yang terinfeksi hanya akan melakukan kontak dengan orang yang tidak dapat terinfeksi, sehingga mengakhiri penyebaran.

Kondisi ini menciptakan hambatan sosial antara yang menular dan yang rentan.

Herd immunity dapat dilihat dari seberapa menular patogen itu, yang diukur dengan apa yang oleh para ahli disebut nomor reproduksi dasar, atau R0.

R0 adalah jumlah rata-rata orang yang akan menularkan penyakit pada populasi di mana tidak ada yang kebal, jadi R0 dari 3 berarti orang yang terinfeksi menyebarkan penyakit ke, rata-rata, tiga orang lainnya sementara mereka kembali menular.

Semakin tinggi R0, semakin tinggi proporsi populasi yang perlu kebal untuk menghentikan penyebarannya.

“Semakin tinggi proporsi dalam populasi yang terinfeksi, semakin sedikit tempat untuk virus itu, semakin sedikit orang yang rentan untuk ditularkan,” kata Greta Bauer, epidemiolog dan biostatistia di Western University di Ontario, Kanada seperti dikutip dari fivethirtyeight.

Namun untuk virus corona Bauer masih belum yakin berapa R0 itu, sehingga belum mengetahui apa ambang batas herd immunity. Saat ini diperkirakan ambang batas berkisar antara 70 hingga 90 persen.

Namun masalahnya untuk mencapai batasan itu, jutaan orang harus terinfeksi dan di sisi lain juga berisiko jutaan lainnya bisa meninggal.

“Jenis penyakit berhenti meningkat pada saat Anda mencapai kekebalan kawanan, tetapi masih banyak orang yang terinfeksi. Hanya perlahan-lahan turun, dan dalam perjalanan turun, [itu] menginfeksi sepertiga populasi,”kata Richard Neher, ahli biologi evolusi di University of Basel di Swiss.

Tidak ada jaminan pasien sembuh bisa kebal

Meskipun dimungkinkan kebal, para ahli, termasuk Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tidak dapat menjamin bahwa orang yang telah terinfeksi virus corona tidak akan terinfeksi lagi.

“Kehadiran antibodi, semua orang berpikir itu berarti kekebalan, tetapi saya mempelajari HIV dan ada tanggapan antibodi yang sangat besar terhadap HIV, dan tidak pernah dapat menetralkan virus itu,” kata Bauer.

Para peneliti mulai mencoba mencari tahu berapa banyak perlindungan yang diberikan antibodi virus corona kepada orang-orang yang telah pulih dari penyakit ini.

Menurut Shane Crotty, seorang ahli imunologi di La Jolla Institute for Immunology di California, ada kemungkinan respon imun dari corona sudah cukup untuk mencegah seseorang jatuh sakit lagi, tetapi belum tentu terinfeksi, yang berarti mereka masih bisa menular ke orang lain.

"Salah satu alasannya adalah karena sistem kekebalan tubuh Anda tidak mengingat semua hal secara setara, dan sampai batas tertentu ingatan itu terkait dengan seberapa parah infeksi awal itu," kata Crotty.

Berapa yang akan meninggal?

Apabila ambang batas terjadinya herd immunity 70 persen, dan tingkat kematian sekitar 0,5 persen dan 70 persen populasi misalnya harus sakit sebelum kekebalan mereka mulai melindungi orang lain, itu berarti banyak orang juga akan mati.

Apabila semisal penduduk Indonesia 270 juta, maka sedikitnya 189 juta harus terinfeksi untuk mendapatkan herd immunity. Kemudian, dari angka tersebut kemungkinan orang yang meninggal mencapai satu juta orang.

"Itu benar-benar menggambarkan harga yang akan Anda bayar jika Anda ingin mencapai 60 persen atau 70 persen yang Anda perlukan untuk kekebalan kawanan, dan saya harap itu benar-benar menggambarkan mengapa itu bukan rencana yang layak,” kata Emma Hodcroft, seorang peneliti epidemiologi postdoctoral di University of Basel di Swiss.

Dikutip dari Kompas.com (13/5/2020), Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto mengatakan, Pemerintah Indonesia tidak menggunakan strategi herd immunity (kekebalan komunitas) untuk menghadapi wabah Covid-19 di Indonesia.

"Pertanyaannya apakah kita pakai itu? Jawabannya tidak," ujar Yuri. 

https://www.kompas.com/tren/read/2020/05/15/130000165/tanpa-vaksin-herd-immunity-bisa-membuat-jutaan-orang-meninggal

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke