KOMPAS.com - Sosiolog, aktivis dan kakak Soe Hok Gie, Arief Budiman tutup usia pada Kamis (23/4/2020) siang sekitar pukul 11.40 WIB.
Lahir di Jakarta pada 3 Januari 1941 dengan nama Soe Hok Djin, Arief meninggal karena komplikasi dan parkinson.
Kepastian meninggalnya Arief Budiman didapat dari menantunya, Kuskrido Ambardi.
Pria yang akrab disapa Dody ini membenarkan bahwa Arief Budiman, mertuanya, telah berpulang.
"Iya benar, sekitar jam 11.40 WIB tadi. Karena sudah sepuh (tua) dan parkisnson yang sudah lama," kata Dodi saat dihubungi Kompas.com, Kamis (23/4/2020).
Dodi mengatakan bahwa Arief Budiman meninggal pada usia 79 tahun. Arief meninggal dunia di Rumah Sakit Ken Saras, Kabupaten Semarang.
Adapun kata Dody, jenazah akan dimakamkan pada hari ini juga di Salatiga, Jawa Tengah.
"Hari ini (pemakaman) di Makam Bancaan, Salatiga," katanya lagi.
Kendati demikian, ia meminta kepada para pelayat agar tidak datang dalam prosesi pemakaman karena situasi yang tidak memungkinkan.
"Mengingat kondisi pembatasan sosial saat ini, kami mohon agar turut mendoakan almarhum dari rumah masing-masing," lanjut Dodi.
Nantinya, kata Dodi, jenazah akan diberangkatkan dari RS Ken Saras langsung menuju pemakaman Bancaan.
Ia pun meminta kepada seluruh sahabat dan yang mengenal almarhum, untuk memaafkan semua kesalahan-kesalahan yang pernah dibuat oleh Arief Budiman.
"Allah Yang Maha Penyayang mengampuni semua dosa-dosanya dan menerima amal ibadahnya, semoga almarhum husnul khatimah. Aamiin," kata Dodi.
Dodi mengatakan, almarhum meninggalkan seorang istri, dua anak dan cucu-cucu.
Dilansir dari Harian Kompas, 30 Oktober 1994, Arief Budiman lahir di Jakarta pada 3 Januari 1941 dengan nama Soe Hok Djin.
Sejak muda ia terlibat aktif dalam gerakan antikemapanan seperti penandatanganan Manifes Kebudayaan, demonstrasi tahun 1966 yang penuh mitos, Golput pada tahun 1971 dan lain-lain.
Arief memang dikenal memiliki sikap keras kepada penguasa, tetapi ia juga tak segan memuji tokoh-tokoh yang memiliki sikap dan pandangan yang ia anggap baik untuk Indonesia walaupun tokoh yang ia puji bertentangan pendapat dengannya.
Baginya, konflik dilihat sebagai komunikasi mengadu gagasan. Sebagai intelektual, Arief terlihat sering menggunakan pemikiran strukturalisme untuk menggugat kapitalisme Orde Baru.
Ia kritis mempertanyakan masalah kebijakan pembangunan, kemiskinan, ketidakadilan, dan terabaikannya hak asasi manusia.
Kritiknya tetap berlanjut meskipun rezim Soeharto telah berakhir. Sebagai tokoh gerakan demokrasi, Arief menjadi semacam simpul dari berbagai aktivis gerakan yang tersebar di beberapa kota di Indonesia.
https://www.kompas.com/tren/read/2020/04/23/140713165/meninggal-dunia-sosiolog-arief-budiman-dimakamkan-di-taman-makam-bancaan