KOMPAS.com - Bank Indonesia (BI) mencatat Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada Oktober 2019 sebesar 400,6 miliar dollar AS atau setara Rp 5.606 triliun (kurs Rp 14.000).
Jumlah itu terdiri dari:
Berdasarkan rilis yang dipublikasikan pada Senin (16/12/2019), Bank Indonesia menyebutkan, pertumbuhan ULN yang meningkat dipengaruhi oleh peningkatan pertumbuhan ULN pemerintah di tengah perlambatan ULN swasta.
Posisi ULN pemerintah pada Oktober 2019 tercatat sebesar 199,2 miliar dollar AS atau tumbuh 13,6 persen dibandingkan periode sama tahun lalu.
"Pengelolaan ULN pemerintah diproritaskan untuk membiayai pembangunan. Porsi terbesar pada beberapa sektor produktif yang mendukung pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat yaitu sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial," tulis Bank Indonesia.
Porsi ULN pemerintah untuk sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial sebesar 19 persen dari total utang luar negeri pemerintah.
Lalu, sektor konstruksi sebesar 16,5 persen, sektor jasa pendidikan sebanyak 16,1 persen, sektor administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial wajib mencapai 15,3 persen.
Serta sektor jasa keuangan dan asuransi sebesar 13,4 persen.
Dari data yang dirilis BI, diketahui bahwa salah satu sektor yang memiliki pertumbuhan utang cukup tinggi adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Pada salah satu kesempatan, Menteri BUMN Erick Thohir sempat menyinggung soal utang perusahaan pelat merah.
Seperti apa Erick menyorotinya dan bagaimana rincian utang luar negeri BUMN yang dirilis BI?
Utang luar negeri BUMN
Dikutip dari Kontan, 24 Oktober 2019, Erick mengingatkan agar BUMN tidak terjebak dengan utang.
BUMN tetap harus bijak memilih utang yang berdampak positif terhadap arus kas dan pendapatan.
Berdasarkan data BI, pada periode Oktober 2019, utang luar negeri BUMN mencapai 50,682 miliar dollar AS atau Rp 709,548 triliun (kurs Rp 14.000).
Nilai utang tersebut bertambah sebesar Rp 185 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Per Oktober 2018, total utang BUMN mencapai 37,434 miliar dollar AS atau Rp 524,076 triliun (kurs Rp 14.000).
ULN BUMN non lembaga keuangan
Pertumbuhan utang perusahaan pelat merah terdongkrak oleh utang luar negeri dari BUMN non lembaga keuangan.
Di dalamnya mencakup BUMN sektor migas, konstruksi, penerbangan, maupun kelistrikan.
Total ULN BUMN sektor non lembaga keuangan mencapai 39,87 miliar dollar AS atau Rp 558,18 triliun.
Angka tersebut bertambah Rp 167,832 triliun dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya.
Pada 2018, total ULN BUMN non lembaga keuangan mencapai 27,882 miliar dollar AS atau Rp 390,348 triliun.
ULN BUMN keuangan
Sementara, untuk ULN BUMN perbankan per Oktober 2019, senilai 6,992 miliar dollar AS atau Rp 97,888 triliun.
Angka ini bertambah senilai 5,855 miliar dollar AS atau Rp 81,97 triliun dibandingkan periode sama tahun lalu.
Terakhir, ULN BUMN lembaga keuangan non bank mencapai 3,82 miliar dollar AS atau sekitar Rp 53,48 triliun.
Nilai tersebut juga bertambah dibandingkan pada 2018 mencapai 3,697 miliar dollar AS atau Rp 51,758 triliun.
Hasil riset Kontan.co.id, Oktober 2019, menunjukkan, total utang berbagai macam perusahaan pelat merah yang sudah melantai di bursa mencapai Rp 3.130,99 triliun pada semester pertama.
Sebagai perbandingan, pada periode sama total utang negara di APBN mencapai Rp 4.570,17 triliun.
https://www.kompas.com/tren/read/2019/12/17/125741265/utang-luar-negeri-bumn-bertambah-jadi-rp-709548-triliun-per-oktober-ini