Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

#Work

Antisipasi Arus Balik, Menaker Sebut Perusahaan Bisa Ambil Opsi WFH ke Karyawan
Antisipasi Arus Balik, Menaker Sebut Perusahaan Bisa Ambil Opsi WFH ke Karyawan
"Salah satu substansi yang dapat didialogkan adalah melakukan pekerjaan secara remote atau sistem bekerja dari rumah," katanya.
Nasional
02:27
Antisipasi Macet Arus Balik, Libur Sekolah Diperpanjang sampai 12 Mei
Antisipasi Macet Arus Balik, Libur Sekolah Diperpanjang sampai 12 Mei
Antisipasi kemacetan, libur sekolah diperpanjang dan pekerja diimbau WFH.
video
01:10
Petisi Kembalikan WFH Raih 21 Ribu, Ini Respons Apindo
Petisi Kembalikan WFH Raih 21 Ribu, Ini Respons Apindo
Wakil Ketua Dewan Pimpinan Provinsi (DPP) Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) DKI Jakarta Nurjaman buka suara terkait adanya petisi WFH
video
02:10
Kasus Omicron Meningkat, Perusahaan Diminta Berlakukan WFH
Kasus Omicron Meningkat, Perusahaan Diminta Berlakukan WFH
Menko Marves, Luhut Binsar Pandjaitan mengimbau perusahaan untuk menerapkan bekerja dari rumah (work from home/WFH) selama dua minggu ke depan
video
28:13
Ruang Jernih #35: Quiet Quitting Bro! Work Life Balance itu Penting!
Ruang Jernih #35: Quiet Quitting Bro! Work Life Balance itu Penting!
Baru-baru ini muncul istilah baru dalam dunia kerja yang viral di media sosial, yaitu ‘Quiet Quitting’. Quiet quitting merupakan sebuah konsep melakukan pekerjaan dengan seperlunya tanpa melebihkan atau mengurangi standar yang sudah tercipta. Pada dasarnya, quiet quitting dapat dimaknai sebagai ‘coping mechanism’ atau ‘survival tactics’ terhadap burn out di tempat kerja. Sehingga, konsep ini dapat dilihat sebagai positif atau negatif tergantung dari output yang dihasilkan. Quiet quitting bisa saja negatif jika hasil yang diberikan tidak maksimal dan terkesan apa adanya. Namun, quiet qutting dapat menjadi positif ketika hasil yang diberikan bisa memberi kepuasan. Quiet quitting dilakukan agar seseorang mencapai prinsip ‘work life balance’. Akan tetapi, prinsip ini dapat dikatakan tepat jika saja memang orang tersebut melakukan pekerjaan yang sudah menyita waktu terlalu banyak, sehingga harapan untuk kembali ke kehidupan pribadinya bisa terpenuhi dengan seimbang. Jadi apakah quiet quitting ini sudah tepat dilakukan di budaya kerja seperti sekarang? Mana dulu yang lebih penting, kehidupan pribadi atau karir di masa depan? Yuk tulis pendapat kamu di kolom komentar ya! Simak obrolan lengkapnya bersama Managing Editor Kompas.com Heru "Mbonk" Margianto dan Editor Kompas.com Yohanes "Eenk" Harususilo hanya di Ruang Jernih. #ruangjernih #herumargianto #enggarharususilo #kcm #jernihmelihatdunia
video

All News

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads