Kendati tahun 2013 pasar properti Indonesia diguncang kenaikan BBM, lonjakan suku bunga dan regulasi Bank Indonesia mengenai Loan to Value, ternyata nilai kapitalisasi pasar tumbuh 15% menjadi Rp 219 triliun.
China berjaya di mancanegara. Investasi properti yang dilakukan oleh investor dan perusahaan-perusahaan pengembangnya meroket 600 persen selama tiga tahun terakhir.
Pengembang Surabaya, terutama kelas menengah dan bawah akan menunda pembangunan proyek-proyek baru karena mengalami kesulitan dalam pembelian lahan dan material bangunan akibat depresiasi nilai Rupiah.
Kendati Surabaya belum bisa dibandingkan dengan Jakarta, namun kota ini perlahan menuju pertumbuhan menjanjikan. Terutama di sektor properti perkantoran, dengan kawasan Surabaya Selatan sebagai katalisator pertumbuhan.