Setelah dikecam dunia akibat mengacungkan jari tengah kepada jurnalis Spanyol pada Oktober 2014 lalu, Frank Gehry, kembali berbicara melalui jari-jarinya. Namun, kali ini bukan jari tengah, melainkan dua jempol.
Setiap teras di rumah ini punya tingkat eksposur dan privasi tersendiri sehingga pada waktu-waktu tertentu bisa digunakan bermacam keperluan. Cantik luar dan dalam.
Langkah kuasa hukum arsitek ternama Zaha Hadid menuntut New York Review of Books dan kritikus Martin Filler malah menuai kritik dari pakar dan kritikus arsitektur lainnya. Kenapa bisa begitu?
Kemampuan dan daya saing arsitek Indonesia, sejatinya, tak kalah dengan asing. Bahkan, karya yang dihasilkan arsitek kita lebih berwarna dan kaya tradisi, budaya, serta dapat memberi nafas baru bagi khazanah arsitektur secara umum.