Sebagian besar saham untuk emiten properti China yang diperdagangkan di AS mengalami penurunan, menyusul meningkatnya kekhawatiran banyak pihak akibat memburuknya penjualan rumah di negara itu.
Kinerja buruk yang dialami pasar properti Singapura, juga terjadi di pasar properti China. Turbulens ditandai dengan anjloknya penjualan dan konstruksi hunian hingga 25 persen selama kuartal pertama 2014.
Untuk kali pertama dalam 14 bulan terakhir, laju pertumbuhan harga properti China mulai mereda. Ini mengindikasikan bahwa kampanye pemerintah dalam meredam dan mengendalikan risiko gelembung properti mulai menampakkan hasil.
Kendati tengah dirundung pelambatan pertumbuhan ekonomi, China masih tetap perkasa di sektor properti. Buktinya, selama tujuh bulan berjalan tahun 2013 ini, total investasi properti meroket 20,5 persen ketimbang periode yang sama tahun lalu.