Jakarta bisa menderita kerugian senilai 200 miliar dollar AS atau ekuivalen Rp 2.361 triliun pada tahun 2050, bila kota ini tidak melakukan pencegahan komprehensif mengatasi "kebocoran" air laut dan amblesnya permukaan tanah.
Bandung dan Jakarta dianggap tidak nyaman oleh warganya. Kondisi keduanya sangat buruk, terutama penataan kota, ruang terbuka hijau (RTH), tingkat pencemaran lingkungan, transportasi publik, serta rendahnya kualitas kebersihan kota.
Ketua Umum Ikatan Ahli Perencanaan Indonesia (IAP), Bernardus Djonoputro, mengatakan, terdapat perubahan daftar kota layak huni di Indonesia. Solo dan Pekalongan mencuat menjadi kota ternyaman.
Jika Makassar, Sulawesi Selatan, secara alamiah menjadi hub bagi Kawasan Indonesia Timur dan terus menampakkan kemajuan pesat, maka Manado, menjadi penyeimbang di bagian utara.
Kota-kota besar dengan pertumbuhan tercepat di dunia membutuhkan teknologi yang dapat mengubahnya menjadi kota pintar. Pintar dalam arti menjadi kota yang efektif, efisien, dan mutakhir.