Ketidakpastian program pembelian kembali obligasi Bank Sentral (Federal Reserve/The Fed)) menyebabkan tingkat suku bunga pinjaman perumahan (KPR) di Amerika Serikat mengalami gejolak.
Pengembang rumah murah bersubsidi mengatakan bahwa imbas kenaikan harga BBM dan kenaikan Dollar AS tidak berpengaruh terhadap pasar, namun lebih pada pengembang. Pengembang tercekik oleh mahalnya harga tanah dan material.
Depresiasi rupiah terhadap dollar AS jelas sangat berpengaruh pada sektor properti. Tak terkecuali berimbas pada pembangunan perumahan bersubsidi untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).
Meski tetap menjadi pilihan utama, pemanfaatan KPR pada triwulan II 2013 justru menurunmenjadi 75,45 persen, dibanding kuartal sebelumnya yakni sebesar 76,46 persen.