KOMPAS.com – Masjid Nabawi merupakan masjid yang menjadi saksi bisu dari perjuangan dakwah Nabi Muhammad SAW.
Masjid Nabawi kala itu terletak di tengah-tengah perkampungan (jauf al-Madinah), sehingga memainkan peran penting dalam menggalang persatuan umat muslim.
Masjid yang terletak di kota Madinah ini dulunya tidak saja sebagai tempat shalat, tahajud, atau i'tikaf semata, lebih jauh menjadi pusat segala aktivitas keislaman masa itu.
Melalui masjid inilah peradaban Islam lambat laun mulai tersusun dan terbentuk menjadi landasan perkembangan agama Islam.
Baca juga: Sejarah Masjid Pertama di Dunia
Nabi Muhammad yang semulanya memusatkan dakwah di kalangan masyarakat Makkah kemudian memutuskan hijrah ke Madinah.
Peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad ke Madinah ditengarai beberapa sebab.
Dikutip dari Islam dan Pembebasan karya Engineer (2007), mulanya ajaran Nabi Muhammad ditolak keras oleh masyarakat Makkah karena bertentangan dengan tatanan sosial masyarakat Makkah.
Di Makkah, ketika Rasulullah lahir, kondisi sosial ekonomi masyarakat Makkah sedang berada di fase penguatan strata sosial dan geliat monopoli perdagangan.
Baca juga: Masjid Quba, Masjid Pertama yang Dibangun Rasulullah
Tentunya hal ini bertentangan dengan ajaran-ajaran Islam yang dibawa Nabi Muhammad dengan muatan kesetaraan. Karenanya ajaran nabi sulit untuk diterima.
Di Madinah tidak demikian. Dinamika sosial masyarakatnya tidak sekuat di Makkah, sistem kekuasaan di Madinah tidak terikat pada kaum bangsawan.
Melihat karakteristik sosial masyarakat yang berbeda di antara kedua kota tersebut, Rasulullah kemudian memilih hijrah ke Madinah sebagai alternatif dakwah Islamnya.
Baca juga: Kondisi Masyarakat Arab Jahiliyah
Setibanya Rasulullah di Madinah, ia kemudian membeli sebidang tanah milik dua orang anak yatim, yaitu Sahal dan Suhail bin Amir.
Di atas tanah yang dulunya sebagai tempat kedua anak yatim menjemur kurma inilah Nabi Muhammad mendirikan Masjid Nabawi beserta dengan rumahnya.
Tidak menunggu lama, untuk mempercepat dakwah, Nabi bersama sahabat lainnya mendirikan pondasi masjid dengan sederhana.
Pondasi masjid dibangun dengan bahan batuan dibangun berbentuk persegi dengan luas 1.200 m2, kemudian dindingnya menggunakan bata lumpur, tanpa lantai.