Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenapa Ada Perbedaan Penentuan Hari Raya Idul Fitri?

Kompas.com - 20/04/2023, 10:00 WIB
Widya Lestari Ningsih

Penulis

Sumber NU Online

KOMPAS.com - Idul Fitri merupakan hari raya umat Islam yang jatuh pada tanggal 1 Syawal setelah selesai menjalankan ibadah puasa Ramadan.

Setiap tahun, penentuan 1 Syawal sebagai tanda Hari Raya Idul Fitri dilakukan Pemerintah Indonesia dengan sidang isbat.

Mengenai penetapan Ramadan atau perayaan Idul Fitri, umat Islam kerap tidak kompak.

Di Indonesia, sudah menjadi maklum apabila umat Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah merayakan Hari Raya Idul Fitri pada hari yang berbeda.

Lantas, apa yang menyebabkan perbedaan penetapan Hari Raya Idul Fitri?

Baca juga: Sejarah Puasa Ramadan

Penyebab perbedaan penentuan Idul Fitri

Melansir NU Online, terdapat dua metode penentuan 1 Syawal yang mengakibatkan adanya perbedaan penetapan Idul Fitri, yakni berdasarkan rukyatul hilal dan metode hisab.

Sebenarnya, perhitungan dua metode tersebut tidak jauh berbeda.

Ketua Lembaga Falakiyyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Sirril Wafa menjelaskan bahwa perbedaan penetapan awal bulan Ramadan atau Hari Raya Idul Fitri terjadi karena ketidaksamaan dalam pemahaman fikihnya. Berikut penjelasannya.

Baca juga: Makna Takbiran Idul Fitri

Metode rukyatul hilal

Metode rukyatul hilal dikeluarkan oleh mayoritas ulama dari mazhab Hanafi, Maliki, Syafi'i, dan Hanbali.

Para ulama mendasari pandangannya dari hadis Rasulullah yang diriwayatkan Imam Bukhari, "Berpuasalah kalian karena melihat hilal dan berbukalah kalian karena melihatnya. Jika kalian terhalang (dari melihatnya) maka sempurnakanlah bilangan Sya'ban menjadi tiga puluh hari."

Berdasarkan hadis tersebut, awal Ramadan atau Hari Raya Idul Fitri baru bisa ditetapkan apabila hilal sudah terlihat atau ketinggiannya berada dalam standar.

Metode hisab

Metode hisab atau perhitungan untuk menentukan posisi hilal didukung oleh sebagian ulama, seperti Ibnu Suraij, Taqiyyuddin al-Subki, Mutharrif bin Abdullah, dan Muhammad bin Muqatil.

Metode ini juga mendasari pandangannya pada hadis Rasulullah, "Jika kalian melihat hilal maka berpuasalah, dan jika kalian melihatnya (hilal Syawal) maka berbukalah. Jika kalian terhalang (dari melihatnya) maka perkirakanlah ia."

Baca juga: 7 Keistimewaan Bulan Ramadan

Menurut KH Sirril Wafa sebagaimana dilansir Kompas.com dari NU Online, sikap pemahaman terhadap hadis Rasulullah menjadi beragam ketika dengan ilmu falak bisa dilakukan perhitungan posisi-posisi bulan dan matahari di setiap waktu secara presisi.

Berbeda dari rukyatul hilal, metode hisab memperbolehkan perkiraan dengan menggunakan hitungan (hisab) meski hilal belum terlihat atau terbentuk.

Oleh karena itu, umat Islam yang menggunakan metode hisab biasanya sudah menetapkan Hari Raya Idul Fitri sejak beberapa hari sebelumnya.

Sedangkan umat Islam yang mengikuti metode rukyatul hilal akan menunggu penetapan Hari Raya Idul Fitri hingga hilal terlihat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber NU Online
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com