Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Rakyat Jajak Kabau

Kompas.com - 28/03/2023, 17:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Tri Indriawati

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Cerita rakyat Jajak Kabau berasal dari Jorong Pabalutan, Sumatera Barat.

Jajak Kabau menceritakan tentang seekor kerbau yang lahir dengan memiliki tanduk terbuat dari emas.

Setelah lahir, kerbau itu pun tiba-tiba saja langsung menjadi pemimpin di antara ratusan kerbau lainnya.

Lalu, bagaimana cerita lengkap Jajak Kabau?

Baca juga: Cerita Rakyat Jajak Kudo

Kisah Jajak Kabau

Menurut kisah, di Jorong Pabalutan, Sumatera Barat, hidup seorang datuak bernama Dt. Rang Kayo Tengah.

Datuak ini seorang kaya raya yang memiliki perkebunan luas.

Selain itu, ia juga memiliki ratusan binatang ternak. Salah satunya adalah kerbau.

Konon, kerbau-kerbau miliknya digembalai oleh seorang pemuda miskin bernama Bujang Tuo.

Setiap harinya, Bujang Tuo menggembala kerbau-kerbau itu ke satu tempat yang jauh dari permukiman penduduk. Tempat tersebut bernama Bukit Putu.

Setiap sore, Bujang Tuo datang ke tempat Datuak untuk mengambil perbekalannya, baik berupa makanan atau segala sesuatu yang dibutuhkan kerbau.

Namun, suatu hari, keanehan terjadi, tiba-tiba lahir seekor kerbau jantan bertanduk emas.

Setelah lahir, tiba-tiba kerbau itu langsung menjadi pemimpin di antara ratusan kerbau yang sudah ada sebelumnya.

Suatu ketika, kerbau bertanduk emas ini heran melihat Bujang Tuo yang setiap habis pulang mengambil perbekalan selalu terlihat sedih.

Pada akhirnya, kerbau ajaib itu bertanya kepada Bujang Tuo tentang apa yang sebenarnya terjadi.

Baca juga: Cerita Rakyat Jajak Kaki Dt. Sati

Bujang Tuo kemudian menceritakan semua yang ia alami pada si kerbau, bahwa mereka sudah diperlakukan tidak wajar oleh datuak.

Sebab, makanan-makanan yang selama ini diberikan oleh datuak kepada Bujang Tuo sebagai upah menggembalai kerbau-kerbau merupakan makanan basi.

Mendengar cerita tersebut, kerbau tanduk emas merasa marah dan langsung mengumpulkan kerbau-kerbau lainnya untuk berunding.

Seusai berunding, kerbau-kerbau tersebut sepakat untuk tidak lagi menjadi hewan peliharaan Dt. Rang Kayo Tangah, dan memilih untuk kabur dari Bukit Putu.

Mereka lari ke arah danau Singkarak dan menghilang di dalam danau tersebut.

Pada akhirnya, sang datuak harus kehilangan ratusan kerbau miliknya.

Konon, jejak kerbau bertanduk emas itu masih tertinggal di suatu tempat di Bukit Putu.

Oleh sebab itu, masyarakat setempat menamainya dengan nama batu jejak kerbau atau jajak kerbau.

 

Referensi:

  • Kurnia, Febby Eka dan Roberto Monanda. (2015). Folklor Minangkabau: Mitos Batu-batu dan Cerita Rakyat di Luhak Nan Tuo. Padang: Suri.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com