KOMPAS.com – Perlawanan La Ode Boha merupakan istilah yang digunakan untuk merujuk kepada peristiwa perlawanan rakyat Buton kepada Belanda pada awal abad ke-20.
Dinamakan Perlawanan La Ode Boha karena misi perlawanan terhadap Belanda ini dipimpin oleh seseorang bernama La Ode Boha.
La Ode Boha merupakan rakyat Kesultanan Buton yang mempertaruhkan nyawanya untuk mengusir penjajah Belanda.
Baca juga: Kisah Rakyat Sobai NTT yang MEnentang Belanda hingga 3 Keturunan
Gerakan perlawanan ini merupakan wujud jiwa patriotis mayarakat Buton yang merasa kehilangan harga diri atas tanah airnya.
Belanda yang telah menegakkan pemerintahan kolonial sejak awal abad ke-19, dalam perkembangannya, semakin berhasrat untuk menguasai wilayah Indonesia.
Indonesia yang pada saat itu masih berbentuk kerajaan-kerajaan otonom mandiri, bertahap dikuasai oleh Belanda, termasuk dengan Kesultanan Buton di Sulawesi Tenggara.
Dikuasainya Kesultanan Buton oleh Belanda diikat melalui perjanjian Korte Verklaring yang merupakan nota kesepakatan bahwa wilayah Kesultanan Buton dalam kekuasaan Belanda.
Sang sultan dapat saja menolak perjanjian ini, tetapi konsekuensinya adalah harus siap diserang oleh Belanda.
Oleh karena itu, dengan rasa terpaksa, perjanjian itu disepakati oleh Sultan Buton Muh. Asikin pada 1906.
Sejak saat itulah, beberapa kebijakan-kebijakan dan politik-politik licik mulai diterapkan oleh pemerintah Belanda di Kesultanan Buton.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.