KOMPAS.com - Makan sahur bagi umat Muslim yang akan menjalankan ibadah puasa hukumnya sunah.
Kendati demikian, makan sahur sangat dianjurkan oleh Nabi Muhammad karena terdapat keberkahan di dalamnya.
Oleh karena itu, selama bulan suci Ramadan, biasanya dijumpai tradisi membangunkan orang sahur agar tidak ada umat Islam yang melewatkannya.
Tradisi membangunkan sahur dapat dijumpai di berbagai wilayah di Indonesia, yang mayoritas penduduknya beragama Islam.
Berikut ini beberapa tradisi membangunkan sahur di Indonesia.
Baca juga: Sejarah Sahur, Berawal dari Kisah Sahabat Nabi yang Pingsan
Melansir bobo.grid.id, tradisi Ngarak Beduk atau Beduk Sahur telah dilakukan oleh masyarakat Jakarta sejak ratusan tahun lalu.
Mulanya, orang-orang Betawi mengandalkan suara beduk yang diarak menggunakan gerobak, untuk membangunkan orang sahur.
Selain suara beduk, biasanya ada beragam alat musik tradisional seperti genta, rebana, dan genjring yang dibunyikan untuk mengiringi lagu daerah Betawi.
Dalam perkembangannya, ada pula yang membunyikan petasan dan membawa Ondel-Ondel.
Sayangnya, saat ini tradisi Ngarak Beduk mulai jarang ditemukan.
Baca juga: Dugderan, Tradisi Sambut Ramadan di Semarang
Ubrug-ubrug merupakan tradisi membangunkan orang sahur dari Kabupaten Karawang, Jawa Barat.
Keunikan dari tradisi ini adalah, adanya sinden yang meramaikan rombongan pemusik.
Sinden akan berkeliling kampung bersama kelompok yang memainkan alat musik tradisional maupun modern.
Beberapa alat musik yang dipakai di antaranya kendang, organ, gitar, gong, dan beberapa alat musik lainnya.
Baca juga: Sejarah Puasa Ramadan
Tradisi Dengo-Dengo untuk membangunkan orang sahur sudah ada sejak abad ke-17.