KOMPAS.com - Junk food sering dikenal sebagai makanan sampah atau makanan siap saji.
Khalayak menyebut junk food atau makanan sampah lantaran pada junk food semisal ayam goreng, kentang, nugget, dan sebagainya, hanya ditemukan kandungan kalori tinggi.
Sementara, serat dan vitamin menduduki komposisi angka minim bahkan tak ada sama sekali pada junk food.
Laman sumber literatur Kompas.com edisi 10 Juni 2021 menyebut bahwa kandungan pada junk food termasuk gula, garam, dan lemak jenuh yang tinggi.
Makanya, junk food kini diwaspadai sebagai makanan yang bisa memunculkan gangguan kesehatan mulai dari diabetes pada anak-anak, darah tinggi, kolesterol, depresi, kanker, hingga jantung apabila dikonsumsi berlebihan.
Baca juga: Terlalu Banyak Makan Junk Food Tingkatkan Risiko Depresi
Junk food
Muasal nama junk food adalah dari judul lagu rilisan era 1970-an.
Judul lagu itu adalah "Junk Food Junkie" oleh Larry Groce.
Sementara itu, istilah junk food kali pertama di muka bumi datang dari akademisi Michael Jacobson pada 1972.
Michael Jacobson adalah Direktur Pusat Sains untuk Kepentingan Umum di AS.
Menjadi populer di Indonesia sejak 1970-an, junk food juga diwaspadai oleh masyarakat luas.
Utamanya, junk food adalah makanan kategori gorengan.
Sudah banyak imbauan agar generasi muda makin menjauhi makanan gorengan sejak dini.
Sebaliknya, makanan berbasis non-gorengan atau rebusan makin diutamakan bagi masyarakat melalui cara dan peralatan memasak.
Saran terkini dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) agar anak-anak kembali terbiasa mengkonsumsi makanan tinggi serat semisal sayur dan buah sebagai makanan alami.
Kemudian, ujar nutrisionis PT Sehat Secara Alami (SESA), Reni Rahmawati, pengelolaan makanan rebusan dapat melalui inovasi pada panci dengan teknologi yang sudah terbebas dari pelepasan racun bernama GreenPan Steamy.
Hingga sekarang, sebagaimana umum terjadi pada alat masak tradisional, ada proses pelepasan racun saat aktivitas memasak terjadi.
Khususnya, tatkala panci tradisional itu dipanaskan.
Menurut catatan, GreenPan asal Belgia sejak 2007 ini, memiliki kandungan thermolon yang tidak melepas racun saat proses memasak.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.