Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Prasasti Kota Kapur, Bukti Keberadaan Kerajaan Sriwijaya

Kompas.com - 22/02/2023, 16:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Tri Indriawati

Tim Redaksi

Sumber Kompas.com

KOMPAS.com - Prasasti Kota Kapur adalah prasasti yang menjadi bukti keberadaan Kerajaan Sriwijaya.

Prasasti Kota Kapur ditemukan di Pulau Bangka dengan angka tahun 608 C atau 686 Masehi.

Prasasti Kota Kapur ditulis menggunakan aksara Pallawa dan menggunakan Bahasa Melayu Kuno.

Prasasti ini dipahat ke sebuah batu berbentuk tugu bersegi-segi dengan ukuran tinggi mencapai 177 cm, lebar 32 cm bagian dasar, dan 19 cm bagian puncak.

Sejak kali pertama ditemukan hingga tahun 2012, Prasasti Kota Kapur disimpan di Rijksmuseum (Museum Kerajaan) Amsterdam, Belanda, dengan status dipinjamkan oleh Museum Nasional Indonesia.

Baca juga: 3 Faktor Utama Penyebab Runtuhnya Kerajaan Sriwijaya

Sejarah

Prasasti Kota Kapur ditemukan oleh JK van der Mullen pada Desember 1892 dan merupakan prasasti pertama yang menjadi bukti keberadaan Kerajaan Sriwijaya.

Adapun orang pertama yang menganalisis Prasasti Kota Kapur adalah H. Kern, seorang ahli epigrafi asal Belanda.

Awalnya, ia mengira bahwa Sriwijaya adalah nama seorang raja.

Namun, ternyata Sriwijaya adalah sebuah nama kerajaan. Fakta ini diungkap oleh George Coedes, seorang sejarawan asal Perancis.

George mengemukakan bahwa Sriwijaya adalah nama sebuah kerajaan di Sumatera pada abad ke-7 M. Sriwijaya disebut sebagai sebuah kerajaan kuat yang pernah berkuasa di bagian barat Nusantara.

Isi

Prasasti Kota Kapur merupakan salah satu dari lima batu prasasti kutukan yang dibuat oleh Dapunta Hyang, seorang penguasa Kerajaan Sriwijaya.

Adapun isi Prasasti Batu Kapur adalah:

  1. Siddha titam hamba nvari i avai kandra kayet ni paihumpaan namuha ulu lavan tandrun luah makamatai tandrun luah vinunu paihumpaan hakairum muah kayet ni humpa unai tunai.
  2. Umentern bhakti ni ulun haraki. unai tunai kita savanakta devata mahardika sannidhana. manraksa yan kadatuan çrivijaya. kita tuvi tandrun luah vanakta devata mulana yan parsumpahan.
  3. paravis. kadadhi yan uran didalanna bhami paravis hanun. Samavuddhi lavan drohaka, manujari drohaka, niujari drohaka talu din drohaka. tida ya.
  4. Marppadah tida ya bhakti. tida yan tatvarjjawa diy aku. dngan diiyan nigalarku sanyasa datua. dhava vuathana uran inan nivunuh ya sumpah nisuruh tapik ya mulan parvvanda datu çriwi-
  5. jaya. Talu muah ya dnan gotrasantanana. tathapi savankna yan vuatna jahat. makalanit uran. makasuit. makagila. mantra gada visaprayoga. udu tuwa. tamval.
  6. Sarambat. kasihan. vacikarana.ityevamadi. janan muah ya sidha. pulan ka iya muah yan dosana vuatna jahat inan tathapi nivunuh yan sumpah talu muah ya mulam yam manu-
  7. ruh marjjahati. yan vatu nipratishta ini tuvi nivunuh ya sumpah talu, muah ya mulan. saranbhana uran drohaka tida bhakti tatvarjjava diy aku, dhava vua-
  8. tna niwunuh ya sumpah ini gran kadachi iya bhakti tatvjjava diy aku. dngan di yam nigalarku sanyasa dattua. çanti muah kavuatana. dngan gotrasantanana.
  9. Samrddha svasthi niroga nirupadrava subhiksa muah vanuana paravis chakravarsatita 608 din pratipada çuklapaksa vulan vaichaka. tatkalana
  10. Yan manman sumpah ini. nipahat di velana yan vala çrivijaya kalivat manapik yan bhumi java tida bhakti ka çrivijaya.

Baca juga: Prasasti Ligor, Peninggalan Kerajaan Sriwijaya di Thailand

Artinya:

  1. Keberhasilan ! (disertai mantra persumpahan yang tidak dipahami artinya)
  2. Wahai sekalian dewata yang berkuasa, yang sedang berkumpul dan melindungi Kadatuan Sriwijaya ini; kamu sekalian dewa-dewa yang mengawali permulaan segala sumpah !
  3. Bilamana di pedalaman semua daerah yang berada di bawah Kadatuan ini akan ada orang yang memberon­tak yang bersekongkol dengan para pemberontak, yang berbicara dengan pemberontak, yang mendengarkan kata pemberontak;
  4. yang mengenal pemberontak, yang tidak berperilaku hormat, yang tidak takluk, yang tidak setia pada saya dan pada mereka yang oleh saya diangkat sebagai datu; biar orang-orang yang menjadi pelaku perbuatan-perbuatan tersebut mati kena kutuk biar sebuah ekspedisi untuk melawannya seketika di bawah pimpinan datu atau beberapa datu Sriwijaya, dan biar mereka
  5. dihukum bersama marga dan keluarganya. Lagipula biar semua perbuatannya yang jahat; seperti meng­ganggu:ketenteraman jiwa orang, membuat orang sakit, membuat orang gila, menggunakan mantra, racun, memakai racun upas dan tuba, ganja,
  6. saramwat, pekasih, memaksakan kehendaknya pada orang lain dan sebagainya, semoga perbuatan-perbuatan itu tidak berhasil dan menghantam mereka yang bersalah melakukan perbuatan jahat itu; biar pula mereka mati kena kutuk. Tambahan pula biar mereka yang menghasut orang
  7. supaya merusak, yang merusak batu yang diletakkan di tempat ini, mati juga kena kutuk; dan dihukum langsung. Biar para pembunuh, pemberontak, mereka yang tak berbakti, yang tak setia pada saya, biar pelaku perbuatan tersebut
  8. mati kena kutuk. Akan tetapi jika orang takluk setia kepada saya dan kepada mereka yang oleh saya diangkat sebagai datu, maka moga-moga usaha mereka diberkahi, juga marga dan keluarganya
  9. dengan keberhasilan, kesentosaan, kesehatan, kebebas­an dari bencana, kelimpahan segala­nya untuk semua negeri mereka ! Tahun Saka 608, hari pertama paruh terang bulan Waisakha [editor: setara dengan 28 Februari 686 Masehi], pada saat itulah
  10. kutukan ini diucapkan; pemahatannya berlangsung ketika bala tentara Sriwijaya baru berangkat untuk menyerang bhumi jawa yang tidak takluk kepada Sriwijaya.

Secara garis besar, Prasasti Kota Kapur menjelaskan bahwa Sriwijaya telah menguasai bagian selatan Sumatera, Pulau Bangka, Belitung, hingga Lampung.

Selain itu, prasasti ini juga menyebutkan bahwa Sri Jayanasa telah melakukan ekspedisi militer untuk menghukum "Bhumi Jawa" yang tidak mau tunduk kepada Sriwijaya.

Adapun yang dimaksud Bhumi Jawa adalah Kerajaan Tarumanegara.

Demikian isi Prasasti Kota Kapur yang menjadi bukti keberadaan dan kejayaan Kerajayaan Sriwijaya.

 

Referensi:

  • Yudono, J. (2011). Prasasti Kota Kapur Tersimpan di Belanda. Jakarta: Kompas Daring, edisi Selasa, 28 Desember 2010.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Sumber Kompas.com
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com