Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kulkul, Alat Komunikasi Tradisional Khas Bali

Kompas.com - 03/02/2023, 18:00 WIB
Widya Lestari Ningsih

Penulis

KOMPAS.com - Kulkul merupakan alat komunikasi kuno yang berasal dari Bali.

Kulkul biasanya terbuat dari kayu dan berbentuk bulat memanjang dengan rongga di tengah tubuhnya, seperti kentongan.

Kulkul diletakkan menggantung di Bale Kulkul (bangunan berbentuk menara dan beratap) yang bisa ditemukan di balai banjar atau pura.

Sebagai salah satu warisan adat budaya yang disakralkan, kulkul masih lestari di tengah-tengah masyarakat Bali.

Baca juga: Kerajaan Bali: Berdiri, Raja-raja, Kehidupan Sosial, dan Peninggalan

Apa itu kulkul?

Kulkul merupakan alat komunikasi yang terbuat dari kayu. Untuk menghasilkan kualitas yang baik, biasanya yang dipilih adalah kayu pohon nangka.

Bentuk kulkul persis seperti kentongan, yakni bulat memanjang dengan rongga suara di tengah tubuhnya.

Ukuran kulkul bervariasi, ada yang panjangnya 50 cm dengan diameter 10 cm, ada pula yang besar dengan panjang lebih dari 1 meter.

Baca juga: Suku-suku di Bali dan Nusa Tenggara

Apa kegunaan kulkul?

Sejak zaman kuno, kulkul digunakan sebagai alat komunikasi dalam masyarakat Bali yang umumnya hidup berjauhan.

Kegunaan kulkul sangat beragam, karena setiap suara yang dihasilkan dapat menunjukkan informasi yang berbeda sesuai kesepakatan masyarakat di area banjar (semacam Rukun Warga).

Melansir Tribun Bali, suara kulkul memiliki kode-kode tertentu yang telah disepakati oleh seluruh anggota banjar sehingga informasi dapat tersampaikan atau tersambung dengan jelas.

Misalnya pertanda kematian, maka kulkul disuarakan dengan tiga kali pukulan.

Apabila ada kebakaran kulkul disuarakan dengan sambung-menyambung, kemudian pertanda kejahatan maka kulkul disuarakan dengan suara panjang yang terus-menerus, dan sebagainya.

Baca juga: Legenda Asal-usul Selat Bali

Fungsi kulkul juga sebagai pemberitahuan untuk berkumpul, peringatan tanda bahaya, adanya musuh, hiburan, kelahiran, maling, juga tanda-tanda adanya gejala alam seperti gerhana bulan, gerhana matahari, gempa bumi, dan sebagainya.

Di samping itu, suara kulkul juga dibunyikan ketika melaksanakan upacara Dewa Yadnya di pura.

Suara kulkul diyakini sebagai sarana menyambut para dewa atau para bhatara untuk menerima persembahan yadnya dari umat Hindu.

Mengapa kulkul ditempatkan di atas?

Kulkul ditempatkan di bagian paling atas bale banjar karena alat komunikasi ini disakralkan oleh masyarakat Bali.

Sebagai media komunikasi yang diagungkan atau disakralkan, maka letaknya harus berada di tempat yang lebih tinggi.

Baca juga: Udayana, Penguasa Bali yang Menurunkan Raja-raja Kediri

Selain itu, kulkul digunakan sebagai pemberitahuan kepada masyarakat yang tempatnya terpencar jauh dari pusat banjar, sehingga diperlukan tempat yang lebih tinggi dari rumah penduduk agar suaranya terdengar jauh.

Suara kulkul sangat nyaring, bahkan dapat menjangkau hingga radius 1-2 kilometer.

Hingga kini, kulkul masih digunakan sebagai alat komunikasi oleh masyarakat Bali untuk berbagai keperluan.

 

Referensi:

  • Putu, Setia. (2002). Mendebat Bali (Buku Kedua Trilogi Menggugat Bali). Denpasar: Pustaka Manikgeni.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com