KOMPAS.com - Nama sandi pertempuran Normandia selama Perang Dunia II adalah Operasi Overlord.
Operasi Overlord atau juga disebut D-Day berlangsung antara 6 Juni sampai 30 Agustus 1944.
Tujuan dari Operasi Overlord atau Invasi Normandia yang dilakukan oleh Sekutu adalah untuk melumpuhkan Jerman di Eropa Barat.
Operasi Overlord dikenal sebagai invasi terbesar sekaligus paling fenomenal dalam sejarah yang mengubah jalannya Perang Dunia II (1939-1945).
Tanpa perencanaan dan pengorbanan besar dari Operasi D-Day, Sekutu mungkin tidak dapat mengalahkan pasukan Nazi di Eropa.
Berikut sejarah Operasi Overlord.
Baca juga: Siapa Panglima Tertinggi Pasukan Sekutu pada Perang Dunia II?
Pada awal Perang Dunia II, Jerman telah menginvasi dan menduduki barat laut Perancis.
Ketika Amerika Serikat (AS) memasuki perang pada akhir 1941, invasi besar-besaran dari Sekutu terhadap Jerman mulai direncanakan.
Awalnya, invasi akan disebut Operasi Sledgehammer, yang bertujuan untuk menyerang kedudukan Nazi Jerman di Perancis pada 1943.
Namun, rencana tersebut mundur, karena pemimpin sekutu Franklin Roosevelt dan Winston Churchill memilih menyerang Afrika Utara lebih dulu.
Menyadari adanya ancaman invasi, Adolf Hitler menempatkan Erwin Rommel sebagai ujung tombak operasi pertahanan di sepanjang pantai utara Perancis, dan memberinya tanggung jawab membangun benteng serta memasang ranjau di banyak titik.
Diperkirakan, Nazi menanam sebanyak 4 juta ranjau di sepanjang pantai Normandia.
Baca juga: Pertempuran Berlin, Akhir Perang Dunia II di Eropa
Pada Januari 1944, Jenderal Dwight Eisenhower yang merupakan panglima tertinggi pasukan Sekutu, diangkat menjadi komandan Operasi Overlord atau juga disebut Operasi D-Day.
Eisenhower memilih tanggal 5 Juni 1944 sebagai hari dimulainya invasi ke Normandia.
Sekutu kemudian melakukan operasi tipuan, agar Jerman mengira bahwa target invasi utamanya adalah Pas-de-Calais, bukan di Normandia.