Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masalah yang Dihadapi Mohammad Hatta sebagai Perdana Menteri RIS

Kompas.com - 01/12/2022, 14:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

Sumber Kompas.com

Menindaklanjuti rapat tersebut, pemerintah Maluku mengikrarkan proklamasi RMS sehingga secara resmi melepaskan diri dari NIT dan RIS.

Untuk mengatasi masalah ini, Kementerian Pertahanan RIS memutuskan melakukan Operasi Militer, yang dipimpin oleh Kolonel Kawilarang.

Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS/TNI) dengan sandi Operasi Malam mendaratkan pasukannya sebanyak 850 orang untuk melawan RMS.

Pada akhirnya, wilayah RMS berhasil ditaklukkan dan Presiden pertama RMS, yaitu JH Manuhutu dan Perdana Menteri RMS Wairissal, beserta sembilan menteri lainnya ditangkap.

Mereka dan sisa-sisa gerombolan RMS dijatuhi hukuman mati sebagai upaya menghindari terulangnya kejadian pemberontakan RMS.

Baca juga: Pemberontakan APRA: Tokoh, Latar Belakang, Tujuan, dan Dampak

Pemberontakan APRA

Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) adalah kelompok milisi pro-Belanda yang terjadi di era Revolusi Nasional.

APRA dibetnuk dan dipimpin oleh mantan kapten KNIL (Koninklijk Nederlands Indisch Leger) atau Tentara Hindia Belanda Raymond Westerling.

Latar belakang terjadinya pemberontakan APRA disebabkan oleh Westerling yang ingin mempertahankan bentuk negara federal karena menolak Republik Indonesia Serikat (RIS) yang dipandang terlalu Jawa-sentris di bawah kuasa Soekarno dan Mohammad Hatta.

Terlebih lagi, pada awal 1950, kerap diadakan Sidang Kabinet RIS untuk membahas kembali terbentuknya negara kesatuan.

Hal ini lantas membuat para tentara KNIL merasa khawatir keberadaan mereka akan tersingkirkan.

Alhasil, tanggal 5 Januari 1950, Westerling mengirim sebuah ultimatum kepada RIS yang berisi tuntutan agar RIS menghargai negara-negara bagian, terutama Pasundan.

Bahkan, pemerintah RIS juga diminta untuk mengakui APRA sebagai tentara Pasundan.

Guna mengatasi tindakan Westerling, Mohammad Hatta mengeluarkan perintah untuk menangkap Westerling.

Ternyata berita penangkapan ini sudah terdengar oleh Westerling sehingga ia mempercepat pelaksanaan kudetanya.

Setiap anggota TNI yang ia temui bersama anak buahnya akan langsung ditembak mati.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com