KOMPAS.com – Mohammad Hatta adalah Wakil Presiden pertama Indonesia yang menjabat sejak tahun 1945 hingga 1956.
Di samping bertugas sebagai pendamping Presiden Soekarno, Mohammad Hatta juga sempat ditunjuk sebagai Perdana Menteri Republik Indonesia Serikat (RIS).
Mohammad Hatta memimpin Kabinet RIS yang berusia cukup singkat, yakni hanya sekitar sembilan bulan terhitung sejak 20 Desember 1949 hingga 6 September 1950.
Terbentuknya Kabinet RIS dapat dikatakan sebagai salah satu hasil dari Konferensi Meja Bundar (KMB) yang diselenggarakan pada 23 Agustus-2 November 1949.
KMB menghasilkan tiga buah persetujuan pokok. Salah satunya adalah perubahan bentuk negara dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) menjadi Republik Indonesia Serikat (RIS).
Semenjak Kabinet RIS dibentuk, Mohammad Hatta yang menjabat sebagai Perdana Menteri RIS pun mengalami cukup banyak tantangan.
Lantas, apa saja masalah yang dihadapi Mohammad Hatta sebagai Perdana Menteri RIS?
Baca juga: Kabinet RIS: Penetapan, Susunan, Sistem Pemerintahan, dan Kebijakan
Ketika usia Kabinet RIS baru sebentar, mulai terjadi berbagai pemberontakan di sebagian wilayah di Indonesia, termasuk Maluku.
Pada 25 April 1950, terjadi gerakan separatis di Maluku yang disebut sebagai Republik Maluku Selatan (RMS).
Pemberontakan RMS didalangi oleh mantan jaksa agung Negara Indonesia Timur (NIT), yaitu Soumukil, yang bertujuan untuk melepaskan wilayah Maluku dari NKRI.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.