Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Martinus Ariya Seta
Dosen Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Hobi membaca dan jalan-jalan. Saat ini sedang menempuh studi doktoral dalam bidang Pendidikan Agama di Julius Maximilians Universität Würzburg

Teka-Teki Gangguan Histeria Adolf Hitler

Kompas.com - 23/09/2022, 07:34 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

ADOLF Hitler dikenal sebagai salah satu penjahat besar di abad 20. Tuduhan bahwa Hitler adalah seorang psikopat lazim dilontarkan untuk menjelaskan sebab-musabab kekejian Perang Dunia II di Eropa.

Itu adalah tesis yang cukup populer terkait kondisi kejiwaan Hitler. Ada juga tesis lain yang mengatakan bahwa Hitler mengidap gangguan kejiwaan histeria. Tesis ini didasarkan pada pengakuan Dr. Karl Kroner (1887-1972) di hadapan dinas intelijen Angkatan Laut Amerika pada tahun 1943.

Dalam APA Dictionary of Psychology dijelaskan bahwa histeria adalah gangguan psikis yang ditandai dengan gejala psikosomatis seperti kebutaan, halusinasi, kehilangan kepekaan, luapan emosi dan kecenderungan untuk mendramatisir sesuatu.

Baca juga: Mengenal Histeria, Gangguan Psikologis yang Sering Disangka Kesurupan

Gangguan itu muncul akibat ketidakmampuan seseorang dalam menghadapi persoalan atau kesulitan. Dugaan gangguan histeria itu dikait-kaitkan dengan karir militer Hitler menjelang akhir perang Dunia I.

Hitler sempat mengalami kebutaan sementara akibat serangan gas mustrad yang dilancarkan oleh tentara Inggris. Akibat dari serangan gas tersebut, Hitler mengalami kebutaan.

Peristiwa itu terjadi di daerah Ypern, Belgia pada tanggal 13-14 Oktober 1918. Hitler kemudian dibawa ke rumah sakit Pasewalk di Pommern untuk menjalani perawatan lanjut.

Terhitung sejak tanggal 21 Oktober 1918, Hitler dirawat di Pasewalk. Pada saat Kopral Adolf Hitler dibawa ke Rumah Sakit Pasewalk, Dr. Kroner mengaku bahwa dirinyalah yang memeriksa sang kopral.

Menurut pengakuan Dr. Kroner, Hitler mengalamai hysterical amblyopia. Ini adalah gangguan fungsi penglihatan. Gangguan ini bukan disebabkan oleh kerusakan fisiologis pada organ mata, tetapi karena akibat trauma.

Diagnosis inilah yang kemudian dikaitkan dengan gangguan histeria. Kemudian, Karl Kroner merekomendasikan Hitler untuk ditangani oleh Dr. Edmund Forster (1876-1933).

Menurut pengakuan Dr. Kroner, catatan medis diagnosis histeria Hitler disimpan oleh Dr. Forster.

Episode Pasewalk

Hitler dirawat di Pasewalk sampai 19 November 1918. Pada 11 November 1918, pihak Jerman menandatangani kesepakatan genjatan senjata.

Konsekuensi dari genjatan senjata ini adalah pembubaran pemerintahan monarki dan pembentukan pemerintahan parlementer. Hal ini menandai kekalahan Jerman pada Perang Dunia I.

Hitler sangat terpukul mendengar kabar genjatan senjata tersebut. Pada 19 November 1918, Hitler meninggalkan Pasewalk dalam keadaan sehat.

Baca juga: Membaca Mein Kampf, Buku Karya Adolf Hitler

Episode Pasewalk merupakan akil balik di dalam hidup Hitler. Di dalam Mein Kampf, Hitler mengatakan bahwa di Pasewalk inilah dirinya membulatkan tekad untuk menjadi seorang politikus.

Bagaimanakan Hitler ditangani secara medis di Pasewalk? Salah satu spekulasi yang beredar adalah Dr. Forster melakukan terapi hipnotis. Sang dokter menyugesti bahwa Hitler ditakdirkan untuk menjadi pemimpin besar bangsa Jerman.

Sugesti propetis (baca: nubuat) inilah yang akhirnya memunculkan impian Hitler untuk menjadi seorang Führer (baca: pemimpin).

Pangkal dari spekulasi ini adalah sebuah novel yang karya Ernst Weiß (1982) yang berjudul Augenzeuge. Weiß (1882-1940) adalah seorang yang dokter keturunan Yahudi yang banting setir menjadi seorang penulis.

Pada tahun 1934, Weiß hidup di kota Paris. Pada 14 Juni 1940, Weiß bunuh diri. Kematian tragis ini terjadi tidak selang lama setelah tentara Jerman menguasai kota Paris.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com