KOMPAS.com - Sejak zaman kolonial, Indonesia memang sudah dikenal sebagai negara yang kaya akan rempah-rempah.
Hal inilah yang kemudian memicu negara lain ingin berkuasa atas Indonesia demi menguasai rempah-rempah yang kemudian diperdagangkan.
Dua negara Eropa yang menjadikan Indonesia sebagai koloninya adalah Portugis dan Belanda.
Baik Portugis dan Belanda memiliki kebijakan yang sama ketika menginjakkan kaki di Nusantara.
Kesamaan kebijakan Belanda dan Portugis dalam bidang ekonomi di Nusantara adalah menerapkan sistem monopoli perdagangan.
Baca juga: Faktor yang Mendorong Berdirinya VOC
Portugis kali pertama mendarat di Indonesia, tepatnya di Malaka, pada 1509.
Sama seperti sebagian besar negara lain, tujuan Portugis datang ke Indonesia adalah menguasai rempah-rempah untuk diperdagangkan.
Setelah dua tahun, Portugis berhasil menguasai Malaka pada 1511.
Kemudian, Portugis yang dipimpin oleh Alfonso de Albuquerque, mengirim tiga armadanya untuk membangun monopoli perdagangan di Nusantara.
Sebanyak dua armada Portugis berhasil dikirim, yakni ke Maluku (mencari cengkeh) dan ke Sunda Kelapa (mencari lada).
Armada yang berlayar ke Sunda Kelapa dipimpin oleh De Alvin dan berhasil berlabuh pada 1513.
Baca juga: Dampak Jatuhnya Malaka ke Tangan Portugis
Sayangnya, misi monopoli perdagangan di Sunda Kelapa mengalami kegagalan karena kesepakatan yang dibuat antara pihak Portugis dengan Raja Sunda, Sang Hyang Prabu Surawisesa tidak pernah terlaksana.
Niat Portugis untuk memonopoli perdagangan di Sunda Kelapa telah diketahui oleh Demak.
Sementara itu, armada yang berlayar ke Maluku yang dipimpin oleh Antonio de Abreu berhasil berlabuh pada 1512.
Dari tiga kapal, hanya satu yang berhasil tiba di Maluku.