Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Biografi Mochtar Lubis, Wartawan dan Sastrawan Indonesia

Kompas.com - 22/08/2022, 12:00 WIB
Lukman Hadi Subroto,
Tri Indriawati

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Mochtar Lubis merupakan salah satu wartawan sekaligus sastrawan di Indonesia.

Sebelum menjadi seorang wartawan, Mochtar Lubis bekerja sebagai guru, tetapi ia dipecat karena semangat kemerdekaan yang dimilikinya.

Lubis juga dikenal sebagai wartawan perang ketika ia meliput Perang Korea pada 1950.

Selain itu, pada awal Orde Baru, Lubis pernah melakukan investigasi terkait Pertamina yang saat itu dipimpin Ibnu Sutowo.

Baca juga: Biografi Rosihan Anwar, Wartawan Lintas Masa

Di luar dunia jurnalistik, Mochtar Lubis juga dikenal atas karya-karya sastranya, salah satunya novel Harimau! Harimau!.

Biografi Mochtar Lubis

Mochtar Lubis lahir di Padang pada 7 Maret 1922.

Ia berasal dari keluarga Mandailing. Ayahnya bernama Marah Husin yang bergelar Raja Pandapotan.

Ayah Lubis bekerja sebagai kepala distrik Kerinci pada masa pemerintahan Hindia Belanda. Sementara itu, ibunya bernama Siti Madinah Nasution.

Lubis merupakan anak keenam dari sepuluh bersaudara.

Mochtar Lubis mengawali pendidikannya di Hollandsch Inlandsche School (HIS) Sungai Penuh, Kerinci pada 1936.

Pada 1940, ia melanjutkan pendidikannya di Sekolah Ekonomi Partikelir di Kayutanam yang didirikan oleh SM. Latif.

Mulai saat itu, semangat kemerdekaan mulai muncul di sanubari Mochtar Lubis.

Ia kemudian mulai belajar politik, sosial, dan bahasa asing, seperti bahasa Inggris, Belanda, dan Jerman.

Menjadi guru

Setelah selesai di Sekolah Ekonomi Partikelir, Mochtar Lubis kemudian menjadi guru di Pulau Nias.

Ia mengajarkan murid-muridnya semangat nasionalisme, seperti menyanyikan lagu Indonesia Raya dan mengibarkan bendera merah putih.

Ajaran nasionalsme tersebut kemudian membuat Mochtar Lubis kehilangan kariernya sebagai guru.

Lantaran mengajarkan semangat nasionalisme kepada murid-muridnya, Mochtar Lubis terancam dihukum berat oleh pemerintah kolonial Belanda.

Namun, dia berhasil terhindar dari hukuman berat tersebut meski akhirnya dipecat dari sekolah tempatnya mengajar.

Pindah ke Jawa

Setelah dipecat, Mochtar Lubis kemudian pergi merantau ke Jakarta dengan menumpang kapal dari Padang.

Sesampainya di Jakarta, Mochtar Lubis tinggal di rumah kakaknya, Bachtiar Lubis.

Ia kemudian mulai bekerja sebagai seorang akuntan di sebuah apotek.

Setelah itu, Mochtar Lubis pindah pekerjaan sebagai seorang juru tulis di sebuah bank milik pemerintah Belanda, N.V. Nederlandsche Handel Maatschappij (N.H.M.).

Setelah Jepang masuk dan menguasai Indonesia, Mochtar Lubis bekerja sebagai anggota tim yang memonitor siaran radio Sekutu di luar negeri pada 1942.

Adapun tugas Mochtar Lubis kala itu adalah mencatat siaran berbahasa Inggris dan dilaporkan ke Gunseikanbu (Kantor Pemerintahan Militer Jepang).

Menjadi wartawan

Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, Mochtar Lubis bergabung dengan Kantor Berita Antara yang dirikan oleh Adam Malik.

Mochtar Lubis ditugaskan menjadi penghubung antara koresponden asing yang masuk ke Jawa.

Pada 1949, Mochtar Lubis bersama dengan Hasjim Mahdan merintis surat kabar yang diberi nama Harian Indonesia Raya.

Mochtar Lubis mendapat jabatan sebagai pemimpin redaksi di Harian Indonesia Raya.

Pada 1950, ketika pecah Perang Korea, Mochtar Lubis bertugas meliput.

Sejak saat itu, Mochtar Lubis dikenal sebagai seorang koresponden perang.

Pada 1961, Mochtar Lubis dihukum penjara oleh rezim Orde Lama di Madiun karena dianggap sebagai oposan Presiden Soekarno.

Mulai saat itulah, surat kabar Harian Indoensia Raya tidak terbit lagi.

Baca juga: Biografi WR Supratman: Pencipta Lagu Indonesia Raya

Setelah bebas dari penjara pada 1966, Mochtar Lubis kemudian menerbitkan kembali Harian Indonesia Raya pada 1968.

Lubis lantas melakukan investigasi terkait korupsi di Pertamina yang saat itu dipimpin oleh Letjen Ibnu Sutowo.

Saat itu, Pertamina memiliki utang luar negeri yang mencapai 2,3 miliar dollar AS.

Ibnu Sutowo kemudian diberhentikan oleh Presiden Soeharto.

Kemudian pada 1974, pecah Peristiwa Malari yang disebabkan oleh datangnya Perdana Menteri Jepang, Tanaka.

Saat itu, banyak media yang meliput terkait kerusuhan yang terjadi, seperti terbakarnya Pasar Senen.

Presiden Soeharto kemudian menginstruksikan untuk membredel sejumlah surat kabar, salah satunya adalah Harian Indonesia Raya yang dipimpin oleh Mochtar Lubis.

Meninggal dunia

Selain dikenal sebagai seorang wartawan, Mochtar Lubis juga dikenal sebagai seorang sastrawan.

Ia menerbitkan berbagai cerita pendek dan novel. Beberapa novel karangan Mochtar Lubis adalah yakni Harimau-harimau, Senja di Jakarta, Jalan Tak Ada Ujung, dan Berkelana dalam Rimba.

Lubis juga menerbitkan buku karangannya sekitar 53 judul.

Selain dikenal sebagai wartawan dan sastrawan, Mochtar Lubis juga seorang aktivis.

Ia pernah dipercaya sebagai Presiden Press Foundation of Asia, anggota Dewan Pimpinan International Association for Cultural Freedon, dan anggota World Future Studies Federation.

Mochtar Lubis meninggal dunia pada 2 Juli 2004 di Jakarta pada usia 82 tahun. Ia dimakamkan di TPU Jeruk Purut.

 

Referensi:

  • Hill, David T. (2011). Jurnalisme dan Politik di Indonesia: Biografi Kritis Mochtar Lubis (1922-2004) Sebagai Pemimpin Redaksi dan Pengarang. Jakarta: Pustaka Obor.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com