Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apakah Kisah Kapal Hantu The Flying Dutchman Itu Nyata?

Kompas.com - 18/08/2022, 18:00 WIB
Widya Lestari Ningsih

Penulis

KOMPAS.com - Dari sekian banyak legenda kapal hantu, kisah The Flying Dutchman menjadi salah satu yang paling mengerikan dan populer di dunia.

Konon, The Flying Dutchman adalah kapal hantu legendaris yang dikutuk untuk mengarungi lautan selamanya dan tidak dapat berlabuh.

Kapal The Flying Dutchman pun banyak digambarkan dalam lukisan, film, serial televisi, dan opera.

Lantas, apakah Flying Dutchman itu nyata?

Baca juga: Apakah Perang Troya Benar-benar Terjadi?

Kisah The Flying Dutchman

Dalam kepercayaan masyarakat Eropa, istilah The Flying Dutchman merujuk pada kapal hantu yang dikutuk untuk mengarungi lautan selamanya dan tidak dapat berlabuh.

Kemunculannya juga diyakini para pelaut sebagai pertanda akan malapetaka yang segera terjadi.

Terdapat beberapa versi cerita tentang asal-usul kutukan The Flying Dutchman. Versi paling populer menceritakan bahwa kutukan tersebut bermula dari kapal dagang milik VOC pada abad ke-17 yang dikendalikan oleh seorang kapten bernama Hendrick Van der Decken.

Dalam perjalanan kembali ke Amsterdam dari Hindia Belanda (sekarang Indonesia), kapal Van der Decken dihadang badai yang sangat ganas di sekitar Tanjung Harapan, Afrika Selatan.

Konon, Van der Decken berusaha memutar arah kapalnya kembali, tetapi tidak bisa.

Namun, ada juga yang mengatakan bahwa Van der Decken, yang sedang mabuk, menolak kembali meski awaknya ketakutan.

Van der Decken kemudian membawa kapalnya menerjang badai, yang menimbulkan pemberontakan dari para awak kapal.

Baca juga: Sejarah Singkat Kapal Pinisi

Pemimpin pemberontakan akhirnya dibunuh oleh sang kapten, sebelum akhirnya dilempar ke laut.

Saat itu, Van der Decken juga bersumpah bahwa ia akan mengeluarkan kapalnya dari pusaran badai, meski memakan waktu sampai hari kiamat sekalipun.

Ilustrasi kapal Flying Dutchman oleh Robert Cruikshank.Wikimedia Commons Ilustrasi kapal Flying Dutchman oleh Robert Cruikshank.
Konon, kata-kata Van der Decken itulah yang membuatnya beserta seluruh kru kapal dikutuk untuk mengembara selamanya di lautan tanpa bisa menginjak daratan.

Beberapa menyebut bahwa Van der Decken bisa menghilangkan kutukannya dengan cinta sejati seorang perempuan.

Oleh karena itu, setiap tujuh tahun sekali, kapalnya bisa berlabuh agar sang kapten bisa mencari cinta sejatinya.

Versi lain menceritakan kisah Kapten Fakenberg, yang berlayar selamanya di Laut Utara.

Sang kapten diceritakan harus bermain dadu dengan iblis untuk menukar jiwanya.

Terlepas dari perbedaan versi cerita, The Flying Dutchman berakhir menghilang ditelan badai.

The Flying Dutchman juga tidak hanya gentayangan di sekitar Tanjung Harapan, tetapi di seluruh dunia.

Konon, The Flying Dutchman bisa terlihat tepat di bawah ombak atau muncul ke permukaan dari bawah laut.

Baca juga: Kaiyo Maru, Kapal Perang Modern Jepang Pertama

Catatan kemunculan The Flying Dutchman

Tidak sedikit pelaut dari abad ke-18 dan abad ke-20 yang mengaku pernah melihat kapal hantu The Flying Dutchman.

Salah satunya muncul dalam catatan perjalanan MacDonald dari tahun 1790 yang berjudul “Travels in Various parts of Europe, Asia, and Africa during a Series of Thirty Years and Upwards”.

Dalam catatan itu, MacDonald menulis bahwa perjalanannya terhalang badai cukup parah hingga para kru kapal mengaku melihat Flying Dutchman.

Catatan paling meyakinkan terkait penampakan The Flying Dutchman berasal dari 1881.

Pada 11 Juli, sebuah kapal yang membawa calon Raja George V dari Inggris, Pangeran Albert Victor, dan tutor mereka yang bernama John Neill Dalton, tertambat di Selat Bass di lepas pantai Australia antara Melbourne dan Sydney.

Pada pukul 4 pagi, pangeran mengaku melihat pemandangan tidak terduga, yakni kapal Flying Dutchman sedang melintas di dekat kapalnya.

Baca juga: Cerita Sangkuriang, Legenda Terbentuknya Tangkuban Perahu

Semua catatan dari para pelaut memiliki satu kesamaan, yakni The Flying Dutchman muncul saat sedang cuaca berkabut tebal atau badai.

Catatan terakhir terkait kemunculan The Flying Dutchman berasal dari periode Perang Dunia II (1939-1945), ketika armada Jerman mengaku melihat kapal hantu tersebut di sekitar Terusan Suez.

Apakah Flying Dutchman itu nyata?

Menurut beberapa sumber, The Flying Dutchman hanyalah mitos yang terinspirasi dari kisah seorang kapten berkebangsaan Belanda bernama Bernard Fokke.

Bernard Fokke adalah kapten terkenal dari abad ke-17 yang mampu menempuh perjalanan antara Amsterdam ke Jawa dalam waktu sangat cepat.

Konon, hal itu dapat dilakukan Fokke karena ia bersekutu dengan iblis.

Baca juga: Kisah Keramat Kuda dari Serdang Bedagai

Sepintas, kisah The Flying Dutchman juga terdengar seperti dongeng yang berisi peringatan akibat kesombongan dan tindakan sembrono saat di laut.

Selain itu, legenda tentang kapal hantu dan para awak yang ditakdirkan mengembara di samudra telah ada sejak zaman kuno, jauh sebelum kisah The Flying Dutchman populer di kalangan masyarakat Eropa.

Apabila dilihat dari kacamata sains, penjelasan paling logis dari penampakan yang dikira The Flying Dutchman adalah fenomena fatamorgana superior, yang membuat kapal tampak "melayang" di atas cakrawala.

Nama Hendrick Van der Decken sebagai kapten kapal juga tidak ditemukan dalam sejarah Belanda.

Kendati demikian, kondisi perairan Tanjung Harapan yang sangat berbahaya bagi kapal memang benar adanya.

Bahkan, penemu Tanjung Harapan, Bartolomeu Dias, juga tenggelam bersama kapalnya di perairan Afrika Selatan itu pada tahun 1500.

Mungkin karena peristiwa itu juga, legenda The Flying Dutchman, seperti halnya banyak mitos lainnya, masih banyak dipercaya masyarakat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com