KOMPAS.com - Mardijkers adalah sebutan umum untuk bekas budak dari Asia dan Afrika yang dimerdekakan.
Kaum ini merupakan sekelompok bekas tawanan perang yang diperoleh VOC setelah menguasasi wilayah jajahan Portugis di India dan Malaka.
Para kaum Mardijkers ini kemudian dibawa ke Batavia dan merdeka setelah memenuhi syarat tertentu.
Baca juga: Alasan Belanda Tidak Mengakui Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945
Hingga saat ini, keturunan kaum Mardijkers masih tersisa di Jakarta, terutama di Kampung Tugu.
Kaum Mardijkers ini juga mendapat julukan sebagai Portugis hitam.
Hal itu disebabkan mereka adalah keturunan India, budak Portugis dari Afrika, dan bangsa kulit hitam lainnya.
Biasanya, kaum Mardijkers ini diambil oleh Portugis setelah berhasil menguasai suatu wilayah di Asia dan Afrika.
Ketika Portugis menguasai Asia Tenggara, terutama wilayah Malaka, kaum Mardijkers turut dibawa dan dipekerjakan.
Saat itu, Belanda juga sedang berupaya menguasai wilayah Indonesia. Oleh sebab itu, terjadi persaingan antara Belanda dan Portugis.
Persaingan tersebut kemudian memicu terjadinya konflik militer yang akhirnya dimenangi Belanda.
Setelah itu, Belanda membawa kaum Mardijkers ini sebagai tawanan.
Kaum Mardijkers dibawa oleh Belanda ke Batavia pada abad ke-17.
Kaum Mardijkers pada umumnya berbicara menggunakan bahasa Portugis.
Mereka juga penganut Kristen dan diperbolehkan memakai pakaian Eropa. Mereka juga membangun Gereja Portugis di Batavia.
Selain itu, kaum Mardijkers juga memiliki budayanya sendiri, hal itu dibuktikan dengan adanya musik keroncong yang mereka mainkan.