Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Banyak Penelitian Manusia Purba di Indonesia Dilakukan Peneliti Asing?

Kompas.com - 09/08/2022, 15:00 WIB
Widya Lestari Ningsih

Penulis

KOMPAS.com - Indonesia menempati posisi penting dalam hal penemuan fosil manusia purba.

Bahkan Indonesia memperoleh julukan "Museum Manusia Purba Dunia" karena banyaknya temuan fosil manusia purba yang tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia.

Fosil manusia purba yang pertama kali ditemukan di Indonesia adalah fosil jenis Homo Wajakensis.

Homo Wajakensis ditemukan oleh ilmuwan Belanda, B.D Van Reitschotten, di Wajak, Tulungagung, Jawa Timur, pada 1889.

Setelah penemuan itu, para ahli arkeologi dari luar negeri tertarik datang ke Indonesia untuk mengadakan penelitian kehidupan manusia purba.

Lantas, mengapa banyak penelitian manusia purba di Indonesia dilakukan oleh peneliti asing?

Baca juga: 3 Manusia Purba Jenis Homo yang Ditemukan di Indonesia

Penelitian paleoantropologi di Indonesia belum berkembang

Banyak penelitian manusia purba di Indonesia dilakukan oleh peneliti asing karena penelitian paleoantropologi di Indonesia belum berkembang.

Paleoantropologi adalah ilmu yang mempelajari asal usul dan evolusi manusia dengan menggunakan fosil.

Penelitian manusia purba di Indonesia dipelopori oleh Eugene Dubois, seorang ahli paleoantropologi dan geologi berkebangsaan Belanda.

Eugene Dubois bertolak ke Indonesia pada pertengahan 1880-an untuk mengejar obsesinya dalam mencari fosil manusia purba.

Eugene Dubois berargumentasi bahwa manusia bermula di daerah tropis, di mana anggota primata masih banyak hidup dan wilayahnya tidak banyak mengalami perubahan iklim.

Indonesia, yang saat itu masih menjadi koloni Belanda, menjadi prioritasnya untuk melakukan penelitian.

Hal-hal itulah yang menyebabkan Eugene Dubois tertarik untuk mengadakan penelitian lebih lanjut tentang manusia purba di Indonesia.

Baca juga: Eugene Dubois, Penemu Pithecanthropus Erectus

Penelitian Dubois dimulai di Pulau Sumatera. Tidak lama kemudian, ia mendapat kiriman sebuah fosil tengkorak yang ditemukan di Wajak, Tulungagung, Jawa Timur, dari B.D Van Reitschotten.

Kabar temuan itu disampaikan oleh Koninklijke Natuurkundige Vereniging in Nederlanndsch-Indie (Perihimpunan Ilmu Alam Kerajaan Hindia Belanda).

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com