Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perlawanan Aceh terhadap Jepang

Kompas.com - 08/08/2022, 16:00 WIB
Widya Lestari Ningsih

Penulis

KOMPAS.com - Perlawanan rakyat Indonesia terhadap Jepang yang pertama terjadi di Aceh.

Faktor penyebab munculnya perlawanan rakyat Aceh terhadap Jepang adalah tindak sewenang-wenang tentara Jepang yang tidak menghormati kehidupan umat Muslim di sana.

Salah satu tokoh perlawanan Aceh terhadap Jepang adalah Teuku Abdul Jalil, yang gugur dalam pertempuran pada November 1942.

Namun, peristiwa itu tidak menjadi akhir perlawanan Aceh terhadap Jepang dan perjuangan dilanjutkan oleh Teuku Abdul Hamid Azwar.

Baca juga: Tengku Abdul Jalil, Tokoh Perlawanan Aceh terhadap Jepang

Latar belakang perlawanan Aceh terhadap Jepang

Perlawanan dari rakyat Aceh telah terjadi sejak awal pendudukan Jepang di Indonesia, terutama di Cot Plieng, Lhokseumawe.

Hal yang melatarbelakangi perlawanan rakyat Aceh terhadap Jepang pada tanggal 10 November 1942 adalah tindakan sewenang-wenang dan tidak bermoral tentara Jepang.

Selain memaksakan kehendak terhadap rakyat, tentara Jepang tidak menghormati kehidupan umat Muslim Aceh dan dengan bebas mabuk-mabukan serta bermain perempuan.

Salah satu hal yang dipaksakan adalah melakukan seikerei atau penghormatan ke arah timur yang ditujukan kepada dewa yang disembah oleh orang Jepang, yaitu Dewa Matahari.

Oleh Teuku Abdul Jalil, Jepang disebut telah mengubah kiblat umat Muslim, sehingga terjadilah perlawanan yang didukung oleh rakyat.

Baca juga: Apa Itu Seikerei?

Perlawanan Teuku Abdul Jalil

Teuku Abdul Jalil adalah ulama sekaligus pemimpin pesantren yang selama masa penjajahan juga memberikan pembelajaran tentang patriotisme kepada para santrinya.

Ketika Belanda menyerah pada 1942, Tengku Abdul Jalil tidak mudah termakan oleh propaganda yang disebarkan oleh Jepang.

Sebaliknya, ia malah semakin anti dan benci terhadap penjajah Jepang yang bersikap semena-mena dan sangat menyengsarakan rakyat.

Pada Juli 1942, Tengku Abdul Jalil mengadakan pengajian bersama 400 pengikutnya, yang sekaligus menyuarakan kritik tajam terhadap penjajahan Jepang.

Keesokan harinya, ia langsung diundang menghadap polisi Jepang karena dengan sangat terbuka menghimpun kekuatan untuk melakukan perlawanan.

Namun, undangan tersebut tidak dipenuhi, sehingga membuat hubungannya dengan Jepang semakin meruncing.

Baca juga: Kekejaman Jepang di Indonesia

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com