Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Abdul Haris Nasution, Jenderal yang Berhasil Lolos dari G30S

Kompas.com - 31/07/2022, 15:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Abdul Haris Nasution adalah seorang Pahlawan Nasional Indonesia yang pernah menjabat sebagai Wakil Panglima Besar Angkatan Perang Republik Indonesia (APRI) pada 1948.

Lalu, ketika Agresi Militer Belanda II terjadi pada 19 Desember 1948, Nasution-lah yang mempelopori pembentukan Pemerintahan Militer Indonesia dari gerilyanya.

Pada 1950, ia juga dipercaya menjadi Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) dan langsung melakukan reorganisasi dalam struktur internal AD.

Abdul Haris Nasution juga merupakan salah satu tentara Angkatan Darat yang berhasil lolos dari upaya penculikan Gerakan 30 September pada 1 Oktober 1965.

Baca juga: Peristiwa G30S di Yogyakarta

Masa muda

Abdul Haris Nasution atau AH Nasution lahir di Desa Hutapungkut, Kotanopan, Sumatera Utara, pada 3 Desember 1918.

Nasution adalah anak kedua dari pasangan H. Abdul Halim Nasution dan Hj. Zaharah Lubis.

Ayahnya adalah seorang pedagang tekstil, karet, kopi, dan merupakan anggota dari Sarekat Islam.

Maka dari itu, tidak heran jika Pak Nas, begitu biasa beliau dipanggil, tumbuh dalam keluarga yang sangat taat beragama Islam.

Sewaktu kecil, ia mengenyam pendidikan dasar di kampung halamannya di Hutapungkut.

Sang ayah sebenarnya ingin Nasution belajar di sekolah agama, sementara sang ibu ingin ia belajar kedokteran di Batavia (sekarang Jakarta).

Akan tetapi, kedua keinginan orang tuanya tidak tercapai, karena Nasution mendapat beasiswa untuk belajar mengajar di Sekolah Raja Bukittinggi (sekarang SMAN 2 Bukittinggi) pada 1932.

Tiga tahun kemudian, 1935, Nasution pindah ke Bandung untuk melanjutkan sekolahnya.

Awalnya, Nasution memang memiliki keinginan untuk menjadi guru.

Namun, seiring berjalannya waktu, keinginan tersebut kian lama kian menghilang. Nasution justru tertarik mengabdi sebagai prajurit.

Kendati begitu, Nasution tetap menjadi guru setelah lulus pada 1937.

Ia sempat mengajar di Bengkulu serta Palembang.

KNIL antara tahun 1905 dan 1915Tropenmuseum KNIL antara tahun 1905 dan 1915

Baca juga: Algemeene Middelbare School (AMS), SMA Hindia Belanda

Kiprah militer

Kiprah militer Nasution dimulai pada 1940, ketika Jerman Nazi menduduki Belanda dan pemerintah kolonial Belanda membentuk korps perwira cadangan yang menerima rakyat pribumi.

Nasution pun ikut bergabung, karena ini merupakan kesempatan baginya bisa mendapat pelatihan militer.

Ia kemudian dikirim ke Akademi Militer Bandung untuk memulai pelatihan.

Berkat kepiawaiannya, pada bulan September 1940, Nasution dipromosikan menjadi kopral dan tiga bulan setelahnya menjadi sersan.

Lalu, ia menjadi seorang perwira di Tentara Kerajaan Hindia Belanda (KNIL).

Pada 1942, ketika Jepang menduduki Indonesia, Nasution ditugaskan di Surabaya untuk menjaga pelabuhan di sana.

Kemudian, setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia dikumandangkan pada 17 Agustus 1945, Nasution bergabung ke dalam militer Indonesia yang dikenal sebagai Tentara Keamanan Rakyat (TKR).

Satu tahun setelahnya, 1946, Nasution diangkat menjadi Panglima Regional Divisi Siliwangi, yang bertugas menjaga keamanan di Jawa Barat.

Karier Nasution di bidang militer pun terus mengalami perkembangan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com