KOMPAS.com - Pada 1946, Indonesia belum genap berusia satu tahun.
Indonesia juga masih mengalami krisis politik, salah satunya akibat kembalinya Belanda, yang membuat pejuang Indonesia saling sikut hingga tercipta kelompok oposisi.
Kala itu, para politisi dan pejuang Indonesia terpecah ke dalam dua kubu. Kubu pertama mendukung langkah diplomasi dengan Belanda, seperti Presiden Soekarno, Wakil Presiden Mohammad Hatta, Perdana Menteri Sutan Sjahrir, dan Menteri Pertahanan Amir Syarifuddin.
Sedangkan kelompok oposisi, yang memilih untuk mempertahankan kemerdekaan secara militer, terdiri dari Tan Malaka, Achmad Soebardjo, Sukarni, Iwa Kusuma Sumantri, dan Chaerul Saleh.
Kisruh antara dua kubu meruncing pada pertengahan 1946, yang menimbulkan meletusnya Peristiwa 3 Juli 1946.
Peristiwa 3 Juli 1946 adalah upaya kudeta pertama di Indonesia yang dilakukan oleh kalangan republik sendiri, tepatnya oleh kelompok Persatuan Perjuangan.
Berikut sejarah Peristiwa 3 Juli 1946.
Baca juga: Sutan Sjahrir: Masa Muda, Kiprah, Penculikan, dan Akhir Hidup
Upaya kudeta Persatuan Perjuangan dilatarbelakangi oleh ketidakpuasan atas kepemimpinan Perdana Menteri Sutan Sjahrir yang dinilai terlalu senang berdiplomasi.
Kelompok Persatuan Perjuangan adalah gabungan dari semua organisasi penentang upaya diplomasi yang diorganisir oleh Tan Malaka.
Organisasi Persatuan Perjuangan tidak dibentuk untuk melakukan politik damai, tetapi susunan revolusioner untuk mempertahankan kemerdekaan.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.