Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Max Havelaar sebagai Bentuk Sejarah Publik

Kompas.com - 12/05/2022, 08:00 WIB
Rakhadian Noer Kuswana,
Widya Lestari Ningsih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Max Havelaar merupakan sebuah novel mahakarya dari Multatuli alias Eduard Douwes Dekker.

Buku Max Havelaar atau "Lelang Kopi Perusahaan Dagang Belanda" berisi tentang kritik terhadap kesewenang-wenangan pemerintahan kolonial Belanda di Indonesia.

Max Havelaar bukan sebuah nama buku yang asing di telinga masyarakat Indonesia, baik dari kalangan anak sekolah menengah sampai perguruan tinggi, hingga orang-orang non-akademik.

Pasalnya, di beberapa toko buku, Max Havelaar kerap terpampang di etalase utama. Lebih dari itu, novel ini pernah diangkat menjadi sebuah film berjudul sama karya sutradara asal Belanda, Fons Rademakers.

Sayangnya, meski mengangkat topik sejarah Indonesia, film ini tidak begitu populer di Indonesia dan bahkan sempat dilarang diputar pada masa pemerintahan Orde Baru.

Berikut ini akan diulas mengenai Max Havelaar sebagai sejarah publik.

Baca juga: Max Havelaar: Cerita, Kritik, dan Dampak

Apa itu sejarah publik?

Sejarawan Robert Kelley menyatakan bahwa sejarah publik merujuk pada penempatan sejarawan dan metode sejarah di luar lingkup akademis: di pemerintahan, perusahaan swasta, media, komunitas sejarah dan museum, hingga aktivitas individual.

Menurut Dr. Fayer Sayer, dosen senior arkeologi dan sejarah publik di Manchester Metropolitan University, sejarah publik dapat dijelaskan sebagai komunikasi ke khalayak (publik) atau pelibatan publik dalam praktik dan produksi sejarah.

Di negara-negara Amerika, Eropa, dan Australia, bidang sejarah publik telah menjadi sebuah profesi yang diakui dan menjadi sebuah disiplin ilmu akademik di institusi perguruan tinggi.

Di Indonesia, sejarah publik sebagai sebuah bidang kajian tergolong masih baru. Akan tetapi, secara praktik, sejarah publik telah ada, meski dalam spektrum yang terbatas.

Baca juga: Historiografi Kolonial: Ciri-Ciri, Kelebihan, dan Kelemahan

Tujuan sejarah publik

Tujuan dari sejarah publik adalah mencoba untuk membumikan sejarah agar bisa diproduksi dan dikonsumsi oleh publik, dalam artian “non-akademik”.

Hal ini karena seringkali, hasil penelitian, termasuk historiografi sejarah yang ditulis secara akademik dalam buku maupun jurnal ilmiah, sangat sedikit dibaca oleh publik.

Tulisan di media massa populer, hingga dalam bentuk video seperti yang banyak beredar di era digital dan keterbukaan teknologi informasi sekarang ini, menjadi media yang dapat menunjang tujuan sejarah publik.

Max Havelaar sebagai sejarah publik

Max Havelaar tidak ditulis oleh seorang akademisi sejarah. Tetapi dikategorikan sebagai roman yang pada dasarnya merupakan narasi prosa panjang yang mengisahkan kehidupan tokohnya.

Multatuli, dalam tulisannya, berusaha untuk memberikan gambaran mengenai kondisi Indonesia (Hindia-Belanda) ketika masa penjajahan Belanda.

Baca juga: Multatuli, Penulis Belanda yang Memihak Indonesia

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com