Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alasan Amerika Serikat Menyerang Irak pada 2003

Kompas.com - 27/01/2022, 12:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Widya Lestari Ningsih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pada 19 Maret 2003, Amerika Serikat (AS) melakukan invasi terhadap Irak, yang berlangsung selama kurang lebih satu bulan.

Setelah berhasil menaklukkan Irak, sebanyak 150.000 pasukan AS menduduki negara tersebut secara paksa.

Jatuhnya Irak ke tangan AS ditandai dengan robohnya patung Saddam yang didirikan di tengah Taman Firdaus

Amerika Serikat memiliki alasan tersendiri mengapa mereka menginvasi Irak, yang kemudian menjadi cikal bakal terjadinya Perang Irak.

Baca juga: Konflik Timur Tengah: Perang Irak dan Iran

Irak dituduh memiliki senjata pemusnah massal

Sejak 16 Juli 1979 hingga 2003, Irak dipimpin oleh Saddam Hussein, yang dapat dikatakan memiliki riwayat hidup yang tidak begitu baik.

Antara usia 16-21 tahun, Saddam Hussein pernah menjadi ketua geng jalanan, membunuh dan masuk penjara, berkomplot untuk menjatuhkan monarki, dan melakukan percobaan pembunuhan Perdana Menteri Irak.

Kendati demikian, Saddam Hussein dipercaya untuk menjadi Presiden Irak selama kurang lebih 24 tahun.

Menurut para sejarawan, kekuasaan Saddam Hussein dapat berlangsung lama karena diyakini bekerjasama dengan AS, tepatnya para agen CIA. 

Akan tetapi, pada 2003, AS justru melakukan invasi kepada Irak setelah pengaruh Saddam Hussein mulai memudar.

Selama Saddam Hussein berkuasa, AS menganggap Irak berpotensi untuk menjadi ancaman bagi kepentingannya di kawasan Teluk.

Irak dituduh oleh Amerika Serikat memiliki dan mengembangkan senjata pemusnah massal atau weapon of mass destruction.

Menanggapi tuduhan tersebut, PBB membentuk tim inspeksi senjata yang dipimpin oleh Hans Blinx untuk mengusutnya lebih lanjut.

Namun, setelah investigasi dilakukan, Irak dinyatakan tidak memiliki senjata pemusnah massal seperti yang dituduhkan AS.

Baca juga: Sejarah Berdirinya Amerika Serikat

Memerdekakan rakyat Irak

Rezim Saddam Hussein dianggap bukan untuk memberi kebebasan terhadap rakyatnya, mengingat bahwa sang presiden merupakan seorang diktator yang jahat.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com