KOMPAS.com - Imperialisme adalah suatu paham yang menjadi dasar suatu negara untuk menguasai negara lain dengan membentuk pemerintahan jajahan.
Tujuannya adalah untuk bisa menguasai segala aspek kehidupan masyarakat, baik politik, ekonomi, sosial, budaya, serta militer.
Paham ini pernah diterapkan oleh berbagai negara, salah satunya Jepang, pada awal abad ke-20.
Lalu, apa latar belakang Jepang menjadi negara imperialis?
Baca juga: Restorasi Meiji: Tokoh, Penyebab, dan Dampak
Kemunculan Jepang menjadi negara imperialis tidak dapat dilepaskan dari peristiwa Restorasi Meiji pada 1866-1869.
Jepang merupakan negara kekaisaran yang seharusnya kekuasaan tertinggi berada di tangan kaisar.
Namun, sejak abad ke-12, pemerintahan Jepang dijalankan oleh shogun atau panglima militer, sementara kaisar hanya semacam simbol.
Selama pemerintahan keshogunan berkuasa, banyak terjadi ketidakpuasan dari rakyat yang kemudian menuntut pemulihan peran kaisar.
Kondisi ekonomi Jepang yang carut marut mengakibatkan munculnya berbagai kelompok anti-shogun di Jepang.
Dalam perkembangannya, kelompok anti-shogun mulai menjalin hubungan dengan Inggris dan Amerika, supaya bersedia membantu mereka untuk menggulingkan kekuasaan keshogunan.
Upaya pemulihan kekuasaan kaisar ini akhirnya dapat terwujud ketika Kaisar Matsuhito atau dikenal sebagai Kaisar Meiji, naik takhta.
Pada akhir abad ke-19, Kaisar Meiji berhasil menggulingkan kekuasaan keshogunan dan berupaya memodernisasi Jepang melalui peristiwa Restorasi Meiji.
Setelah restorasi, Jepang, yang tadinya menutup diri dari negara asing, menjadi terbuka terhadap kehadiran asing.
Baca juga: Sejarah Shogun Jepang
Restorasi Meiji menjadi titik balik, di mana Jepang segera tumbuh dan berkembang menjadi negara yang maju dan kuat.
Kaisar Meiji mereformasi Jepang secara mendasar dan menekankan pada pembaharuan kehidupan manusia melalui pembangunan industri serta teknologi.