KOMPAS.com - Homo rudolfensis adalah salah satu fosil manusia purba di Afrika yang ditemukan oleh tim peneliti yang dipimpin oleh paleoantropolog Richard Leakey pada 1972.
Lokasi penemuan tersebut berada di Koobi Fora, pada bagian timur Danau Rudolf (kini Danau Turkana) di Kenya.
Nama ilmiah Homo rudolfensis diusulkan pada 1986 oleh V. P. Alexeev. Penamaan ini berasal dari kata "homo" yang berarti manusia dan "rudolf" yang merupakan lokasi penemuannya.
Spesies Homo rudolfensis ini banyak ditemukan di Kenya Utara hingga Tanzania dan Malawi.
Baca juga: Homo Wajakensis: Penemu, Kehidupan, dan Ciri-ciri
Fosil Homo rudolfensis pertama kali ditemukan pada 1972 di sepanjang Danau Rudolf di Kenya.
Pada tahun berikutnya, tim peneliti yang dipimpin oleh paleoantropolog Richard Leakey memperdalam penelitian di lokasi tersebut.
Salah satu penduduk setempat bernama Bernard Ngeneo menemukan tengkorak besar yang hampir utuh. Temuan itu diberi nama KNM ER 1470.
Setelah itu, ditemukan fosil lain oleh para anggota penelitian, seperti berikut.
Namun, temuan-temuan itu tidak semua diklasifikasikan menjadi Homo rudolfensis.
Richard Leakey memperkirakan fosil-fosil tersebut berusia antara 1,8 hingga 2,1 juta tahun dan merupakan nenek moyang manusia yang sangat awal.
Baca juga: Kenapa Homo Floresiensis Disebut juga Manusia Kerdil?
Temuan kunci dari fosil-fosil yang ditemukan adalah tengkorak KNM-ER 1470.
Pada 1986, seorang antropolog Rusia bernama Valery Alekseyev memberi nama tengkorak itu Pithecanthropus rudolfensis.
Namun, nama genus Pithecanthropus kemudian dihilangkan dan diganti dengan Homo.
Kendati demikian, klasifikasi Homo rudolfensis juga masih menjadi perdebatan para ahli hingga sekarang.
Perdebatan berlanjut apakah fosil-fosil tersebut lebih tepat diberi nama Homo rudolfensis, Kenyathropus rudolfensis atau Australopithecus rudolfensis, atau masuk ke Homo habilis.