Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kerajaan Bunut: Sejarah, Perkembangan, dan Keruntuhan

Kompas.com - 15/12/2021, 14:01 WIB
Lukman Hadi Subroto,
Widya Lestari Ningsih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kerajaan Bunut atau Nanga Bunut merupakan kerajaan yang pernah berdiri di muara Sungai Kapuas, Kalimantan Barat.

Leluhurnyanya adalah Abang Riyang yang bergelar Kyai Riyang atau Kyai Patih Riyang bin Sumbung Batik, yang berasal dari Embaluh.

Abang Riyang memiliki putra bernama Abang Turan, yang bergelar Kyai Pati Turan. Adapun putra Abang Turan inilah yang akhirnya mendirikan Kerajaan Bunut pada 1821.

Baca juga: Asal-usul Suku Dayak di Kalimantan

Sejarah

Sejarah berdirinya Kerajaan Bunut dapat ditelusuri dari kisah Abang Turan, yang memiliki putra bernama Abang Barita (Panembahan Adi Paku Negara).

Pada 1815, Abang Barita menikah dengan Dayang Patimah, putri dari Kyai Pati Anom Sunjung dari Selimbau.

Pernikahan Abang Berita dengan Dayang Patimah dikaruniai tiga orang putri bernama Dayang Baiyah (Ratu Pati), Dayang Lumut (Ratu Panembahan Haji Hadijah) dan Dayang Ajar (Nyai Mas).

Dayang Lumut kelak menikah dengan Pangeran Muhammad Abbas Suryanegara, yang merupakan Raja Selimbau.

Setelah beberapa lama tinggal di Selimbau, Abang Barita memohon kepada raja supaya diizinkan membuka pemukiman di Nanga Bunut untuk mengumpulkan kerabatnya.

Setelah diizinkan, Abang Barita berangkat untuk mendirikan pemukiman bersama pengikutnya di Nanga Bunut. Begitu sampai, ia dikaruniai putri lagi yang bernama Dayang Suntai.

Di pemukiman baru tersebut, Abang Barita memperoleh gelar Pangeran Lawuk dan mendirikan Kerajaan Bunut pada 1821.

Baca juga: Kerajaan Tabanan: Sejarah, Raja-raja, Masa Kejayaan, dan Keruntuhan

Perkembangan Kerajaan Bunut

Kerajaan Bunut pada awal berdirinya diwarnai dengan berbagai gejolak, salah satunya diakibatkan oleh perselisihan antara orang Dayak Batang Lupar dengan rakyat Bunut.

Perselisihan yang berujung perang itu dapat diselesaikan dengan bantuan Raja Pangeran Muhammad Abbas Suryanegara dari Selimbau.

Pada 1861, Abang Barita meninggal dan berpesan untuk dimakamkan di Selimbau. Hal ini karena ia merasa berhutang budi kepada Selimbau, yang banyak membantu Kerajaan Bunut.

Selanjutnya, tampuk pimpinan Bunut dilanjutkan oleh menantu Abang Barita yang bernama Abang Jaya Surian.

Hal ini dikarenakan kedua anak laki-laki Abang Barita yang bernama Abang Ijal dan Abang Ajan (Raden Suta Sura Diwangsa) masih belum cukup dewasa untuk memimpin kerajaan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com