Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Babad Tanah Jawi: Sejarah dan Isi

Kompas.com - 06/12/2021, 09:00 WIB
Lukman Hadi Subroto,
Widya Lestari Ningsih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Babad Tanah Jawi adalah sebuah karya sastra berbentuk tembang dalam bahasa Jawa yang berisi tentang sejarah Pulau Jawa.

Kitab ini menceritakan raja-raja di Pulau Jawa dari era Hindu-Buddha hingga Mataram Islam. Selain itu, ada pula disinggung tentang Nabi Adam dan nabi-nabi lainnya.

Babad Tanah Jawi merupakan salah satu jenis Historiografi Tradisional dan menjadi salah satu sumber dalam merekonstruksi sejarah di Pulau Jawa.

Terdapat dua versi

Babad Tanah Jawi adalah mahakarya sastra bagi masyarakat Jawa yang dapat dibagi menjadi dua kelompok induk naskah.

Yang pertama ditulis oleh Carik Adilangu II, juru tulis dari keraton Surakarta yang hidup pada masa Pakubuwono I hingga Pakubuwono II.

Babad Tanah Jawi versi Carik Adilangu II selesai ditulis pada 1722.

Kemudian terdapat versi lain Babad Tanah Jawi yang ditulis oleh Carik Tumenggung Tirtowiguno atas perintah Pakubuwono III dan selesai pada 1788.

Pada 1874, seorang ilmuwan dari Belanda bernama Johannes Jacobus Meinsma menerbitkan Babad Tanah Jawi dalam versi prosa.

Selain itu, W.L Olthof, sejarawan Belanda juga ikut mereproduksi Babad Tanah Jawi dari versinya Meinsma pada 1941.

Baca juga: Kitab Negarakertagama: Sejarah, Isi, dan Maknanya

Isi Babad Tanah Jawi

Babad Tanah Jawi berisi sejarah raja-raja yang pernah berkuasa di Pulau Jawa dari zaman Hindu-Buddha sampai Islam masuk di Jawa.

Selain itu, diceritakan pula silsilah dari raja-raja tersebut. Bahkan apabila dirunut asal-usulnya, silsilah raja-raja tersebut berujung hingga Nabi Adam.

Dari dua versi Babad Tanah Jawi yang dikeluarkan oleh keraton pada 1722 dan 1788, terdapat sedikit perbedaan pada isinya.

Perbedaannya terletak pada penjelasan terkait sejarah Jawa Kuno sebelum munculnya Mataram Islam.

Versi pertama yang terbit pada 1722 menceritakan tentang riwayat Kerajaan Mataram Islam secara singkat.

Sedangkan pada versi kedua yang terbit pada 1788, dijelaskan secara detail terkait Kerajaan Mataram Islam.

Baca juga: Kerajaan Mataram Islam: Pendiri, Kehidupan Politik, dan Peninggalan

Penguasa Jawa

Dalam Babad Tanah Jawi, disebutkan kerajaan-kerajaan yang pernah berkuasa di Jawa beserta para penguasanya.

Berikut ini penguasa Jawa dari zaman Jawa Kuno, Pertengahan, dan Jawa Baru.

Jawa Kuno

  • Kerajaan Kadiri
    • Prabu Gendrayana
    • Prabu Jayapurusa
    • Prabu Sariwahana
    • Prabu Batara Aji Jayabaya
    • Prabu Jaya Amijaya
    • Prabu Jaya Amisena
    • Prabu Aji Pamasa
  • Kerajaan Pengging
    • Prabu Pancadriya
    • Prabu Anglingdriya
    • Prabu Darmamaya
  • Kerajaan Jenggala
    • Lembu Amiluhur
    • Raden Panji
    • Kuda Laleyan
    • Prabu Banjaransari
    • Prabu Mundingsari
    • Prabu Sri Pamekas
  • Kerajaan Majapahit
    • Raden Sesuruh
    • Raden Anom
    • Raden Adaningkung
    • Raden Hayam Wuruk
    • Raden Lembu Amisani
    • Raden Bratanjung
    • Raden Alit atau Prabu Brawijaya

Ilustrasi Raja Hayam WurukWikimedia Commons Ilustrasi Raja Hayam Wuruk

Jawa Pertengahan

  • Kerajaan Demak
    • Raden Patah (1478 – 1518)
    • Pati Unus (1518 – 1521)
    • Trenggana (1521 – 1546)
    • Sunan Prawata (1546 – 1547)
    • Arya Panangsang (1547 - 1554)
  • Kerajaan Pajang
    • Jaka Tingkir (1568 – 1582)
    • Arya Pangiri (1583 – 1586)
    • Pangeran Benawa (1586 – 1587)
  • Kerajaan Mataram
    • Panembahan Senapati (1586 – 1601)
    • Anyakrawati/Sunan Krapyak (1601 – 1613)
    • Anyakrakusuma/Sultan Agung (1613 – 1645)
    • Amangkurat I/Sunan Tegalarum (1645 – 1677)
    • Amangkurat II/Sunan Amral (1680 – 1702)
    • Amangkurat III/Sunan Mas (1702 – 1705)
    • Pakubuwana I/Sunan Ngalaga (1705 – 1719)
    • Amangkurat IV/Sunan Jawi (1719 – 1726)
    • Pakubuwana II/Sunan Kumbul (1726 – 1742)
    • Amangkurat V/Sunan Kuning (1742 – 1743)

Baca juga: Raja-Raja Kerajaan Mataram Islam

Jawa Baru

  • Kasunanan Surakarta
    • Pakubuwono II/Sunan Kumbul (1745 – 1749)
    • Pakubuwono III (1749 – 1788)
    • Pakubuwono IV/Sunan Bagus (1788 – 1820)
    • Pakubuwono V/Sunan Sugih (1820 – 1823)
    • Pakubuwono VI Sunan Bangun Tapa (1823 – 1830)
    • Pakubuwono VII (1830 – 1858)
    • Pakubuwono VIII (1859 – 1861)
    • Pakubuwono IX (1861 – 1893)
    • Pakubuwono X (1893 – 1939)
    • Pakubuwono XI (1939 – 1944)
    • Pakubuwono XII (1944 – 2004)
    • Pakubuwono XIII (2004 – sekarang)

Baca juga: Hamengkubuwono, Paku Alam, Pakubuwono, Mangkunegara, Apa Bedanya?

  • Kesultanan Yogyakarta
    • Hamengkubuwono I/Pangeran Mangkubumi (13 Februari 1755 - 24 Maret 1792)
    • Hamengkubuwono II/Sultan Sepuh (2 April 1792 - 1810)
    • Hamengkubuwono III (1810 - 1811)
    • Hamengkubuwono IV/Sultan Besiyar (9 November 1814 - 6 Desember 1823)
    • Hamengkubuwono V (19 Desember 1823 - 17 Agustus 1826)
    • Hamengkubuwono VI (5 Juli 1855 - 20 Juli 1877)
    • Hamengkubuwono VII/Sultan Sugih (22 Desember 1877 - 29 Januari 1921)
    • Hamengkubuwono VIII (8 Februari 1921 - 22 Oktober 1939)
    • Hamengkubuwono IX (18 Maret 1940 - 2 Oktober 1988)
    • Hamengkubuwono X (7 Maret 1989 - sekarang)
  • Kadipaten Mangkunegaran
    • Mangkunegara I/Pangeran Sambernyawa (1757 - 1795)
    • Mangkunegara II (1795 - 1835)
    • Mangkunegara III (1835 - 1853)
    • Mangkunegara IV (1853 - 1881)
    • Mangkunegara V (1881 - 1896)
    • Mangkunegara VI (1896 - 1916)
    • Mangkunegara VII (1916 - 1944)
    • Mangkunegara VIII (1944- 1987)
    • Mangkunegara IX (1987 - 2021)

 

Referensi:

  • Olthof, W.L. 2007. Babad Tanah Jawi: mulai dari Nabi Adam sampai tahun 1647. Yogyakarta: Narasi
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com