KOMPAS.com - Perang antara Jepang dan Rusia berlangsung sejak tanggal 10 Februari 1904 hingga 5 September 1905.
Peperangan ini utamanya terjadi karena perebutan Kota Port Arthur (kota pelabuhan di China) dan Jazirah Liaodong, ditambah dengan jalur rel dari pelabuhan tersebut ke Harbin.
Pada akhirnya, pertempuran brutal dan panjang antara Rusia dan Jepang diakhiri dengan perjanjian damai.
Selama 19 bulan berlangsung, pertempuran ini telah memakan banyak korban jiwa. Setidaknya sekitar 150.000 pasukan dari kedua belah pihak tewas di medan perang.
Baca juga: Perang Kuning: Latar Belakang, Tokoh, Jalannya Pertempuran, dan Akhir
Pada awal abad ke-20, Rusia telah menjadi kekuatan dunia yang diperhitungkan dengan wilayah yang luas di Eropa Timur dan Asia Tengah.
Sementara itu, Jepang juga dipandang sebagai kekuatan Asia berkat Restorasi Meiji yang terjadi pada 1868.
Pada 1904, Kekaisaran Rusia yang diperintah oleh Tsar Nicholas II yang otokratis (keputusan berpusat pada pemimpin), dipandang sebagai salah satu kekuatan teritorial terluas di dunia.
Masih di tahun yang sama, pusat pengiriman Siberika dari Vladivostok terpaksa ditutup selama berbulan-bulan akibat musim dingin.
Oleh sebab itu, Kekaisaran Rusia butuh pelabuhan air hangat di Samudra Pasifik, baik untuk tujuan dagang maupun pangkalan untuk angkatan lautnya yang sedang tumbuh.
Guna mengatasi masalah tersebut, Tsar Nicholas mengarahkan perhatiannya pada Semenanjung Korea dan Liaodong di China.
Kekaisaran Rusia lantas menyewa pelabuhan di Semenanjung Liaodong dari China, yang dikenal dengan nama Port Arthur.
Baca juga: Restorasi Meiji: Tokoh, Penyebab, dan Dampak
Sementara itu, negara Jepang sudah menaruh perhatian khusus terhadap Rusia di wilayah Asia Timur sejak Perang Sino-Jepang tahun 1895.
Awalnya, Jepang ingin membuat kesepakatan dengan menawarkan kendali atas Manchuria, China. Akan tetapi, Rusia menolak tawaran tersebut.
Setelah gagal bernegosiasi dengan Rusia, Jepang memilih untuk berperang dengan melakukan serangan mendadak ke Port Arthur pada 8 Februari 1904.
Pada 8 Februari 1904, armada Jepang berlayar menuju Port Arthur dengan dipimpin oleh Jenderal Togo Heihachiro.