Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Putu Wijaya, Sastrawan Serba Bisa

Kompas.com - 24/11/2021, 09:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

Sewaktu di Jakarta, Putu Wijaya bergabung dengan kelompok Teater kecil yang dipimpin oleh Arifin C Noer. 

Putu Wijaya juga menggabungkan diri dengan kelompok Teater Populer pimpinan Teguh Karya. 

Di samping itu, Putu Wijaya juga bekerja sebagai redaktur majalah Ekspres. 

Setelah tidak lagi menjadi redaktur Ekspres, Putu Wijaya bekerja sebagai redaktur majalah Tempo. 

Ketika Putu Wijaya bekerja di Tempo, di sanalah ia mendapat dukungan dari beberapa temannya untuk mendirikan sebuah teater.

Akhirnya, Putu Wijaya pun memutuskan untuk mendirikan teaternya yang bernama Teater Mandiri. 

Baca juga: Perkembangan Sastra di Indonesia

Beasiswa ke Jepang

Pada tahun 1973, Putu Wijaya mendapat beasiswa untuk belajar drama di Jepang selama satu tahun. 

Namun, Putu Wijaya hanya sanggup memanfaatkan beasiswa itu selama tujuh bulan dan kembali ke Indonesia. 

Selama di Jepang, Putu Wijaya ikut hidup bersama kelompok masyarakat komunal di Jepang. 

Tidak hanya itu, Putu juga turut memberikan pertunjukan sandiwara rakyat keliling yang bernama Swaraji.

Setelah Putu kembali ke Indonesia, ia kembali disibukkan sebagai staf redaksi majalah Tempo.

Tahun 1974, Putu berkesempatan untuk mengikuti lokakarya penulisan kreatif di Lowa City, Amerika Serikat. 

Kegiatan ini bernama International Writing Program yang diselenggarakan oleh Universitas Negeri Lowa. 

Putu Wijaya mengikuti program tersebut selama kurang lebih satu tahun. 

Tahun 1975 Putu kembali ke Tanah Air dan langsung bermain drama dalam Festival Teater Sedunia di Nancy, timur Kota Paris. 

Baca juga: Sutan Takdir Alisjahbana, Ahli Tata Bahasa Indonesia

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Biografi RA Kartini, Pejuang Emansipasi Perempuan dari Jepara

Biografi RA Kartini, Pejuang Emansipasi Perempuan dari Jepara

Stori
Alasan Masa Bercocok Tanam Dianggap sebagai Tonggak Kemajuan Manusia

Alasan Masa Bercocok Tanam Dianggap sebagai Tonggak Kemajuan Manusia

Stori
Sejarah Pertempuran Selat Sunda

Sejarah Pertempuran Selat Sunda

Stori
9 Kerajaan Islam di Papua

9 Kerajaan Islam di Papua

Stori
Kenapa Tan Malaka Dieksekusi Mati oleh Tentara?

Kenapa Tan Malaka Dieksekusi Mati oleh Tentara?

Stori
Manusia Purba Pertama yang Memanfaatkan Api

Manusia Purba Pertama yang Memanfaatkan Api

Stori
Pengaruh Islam dalam Bidang Seni Tari dan Musik

Pengaruh Islam dalam Bidang Seni Tari dan Musik

Stori
Runtuhnya Kerajaan Yerusalem

Runtuhnya Kerajaan Yerusalem

Stori
Isi Piagam PBB

Isi Piagam PBB

Stori
Romukyokai, Panitia Pengelola Romusha

Romukyokai, Panitia Pengelola Romusha

Stori
Mengapa Imam Hanafi Mendapat Gelar Ahlul Ra'yi?

Mengapa Imam Hanafi Mendapat Gelar Ahlul Ra'yi?

Stori
Sejarah Salam Tempel, Tradisi Bagi Uang Saat Lebaran

Sejarah Salam Tempel, Tradisi Bagi Uang Saat Lebaran

Stori
Upacara Melasti, Ritual Penyucian Diri untuk Menyambut Nyepi

Upacara Melasti, Ritual Penyucian Diri untuk Menyambut Nyepi

Stori
Strategi Perang Parit pada Perang Dunia I

Strategi Perang Parit pada Perang Dunia I

Stori
10 Peninggalan Kerajaan Sriwijaya

10 Peninggalan Kerajaan Sriwijaya

Stori
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com