KOMPAS.com - Kerajaan Pedir termasuk kerajaan tua di Aceh yang pernah menjadi pusat perdagangan dan sangat kaya.
Terletak di kawasan Selat Malaka dan hampir berhadapan langsung dengan Malaka, kerajaan ini begitu makmur berkat sumber-sumber alamnya yang menjadi komoditas perdagangan dunia.
Bahkan pada masa jayanya, Kerajaan Pedir pernah menguasai kerajaan-kerajaan di sekitarnya, termasuk Kerajaan Aceh.
Catatan sejarah mengenai Kerajaan Pedir sangat terbatas dan banyak didapatkan dari berita-berita asing.
Berita-berita asing pun menyebut kerajaan ini dengan sejumlah nama berbeda, seperti Poli (China) dan Pidie (Portugis).
Fa Hien, seorang penjelajah China yang singgah di Aceh pada awal abad ke-5 menyebut bahwa Poli diperintah oleh raja yang beragama Buddha.
Kemudian pada masa pelayaran dan perdagangan awal, wilayah Aceh, termasuk Pedir, dikenal sebagai penyedia komoditas pokok bagi negeri-negeri di berbagai bealahan dunia.
Para pedagang Arab dan Persia pun semakin membanjiri perairan Aceh untuk mendapatkan berbagai jenis rempah dan kekayaan bumi lainnya.
Berita awal abad ke-16 M dari Tome Pires mengatakan bahwa di Sumatera, terutama di sepanjang pesisir Selat Malaka, telah banyak kerajaan Islam, salah satunya Kerajaan Pedir.
Selain Pasai, Pedir juga merupakan sebuah kerajaan dengan hasil alam melimpah dan menjadi pusat perdagangan. Produksi andalannya saat itu adalah lada, sutra, kapur barus, dan emas.
Baca juga: Kerajaan Aceh: Raja-raja, Puncak Kejayaan, Keruntuhan, dan Peninggalan
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.