Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sri Susuhunan Pakubuwono IV: Biografi dan Kiprahnya

Kompas.com - 17/11/2021, 14:00 WIB
Widya Lestari Ningsih,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sri Susuhunan Pakubuwono IV adalah raja Kasunanan Surakarta ketiga, yang bertakhta antara 1788-1820.

Selama berkuasa, ia dikenal sebagai raja pemberani yang tidak mau tunduk kepada Belanda dan seorang pemeluk Islam yang taat.

Sikap Pakubuwono IV itu kemudian memicu VOC membentuk aliansi dengan Hamengkubuwono I dan Mangkunegara I untuk melawannya.

Silsilah Pakubuwono IV

Pakubuwono IV adalah putra Pakubuwono III yang ketika lahir pada 2 September 1768 diberi nama Raden Mas Subadya. Ibunya bernama GKR Kencana, permaisuri keturunan Sultan Demak.

Raden Mas Subadya naik takhta pada 29 September 1788, enam hari setelah wafatnya Pakubuwono III.

Setelah itu, ia menyandang gelar Sri Susuhunan Pakubuwono IV dan resmi menjadi raja Kasunanan Surakarta ketiga.

Pakubuwono IV juga dikenal sebagai Sunan Bagus, karena naik takhta pada usia muda (20 tahun) dan berwajah tampan.

Baca juga: Sri Susuhunan Pakubuwono V: Raja di Balik Lahirnya Serat Centhini

Gaya kepemimpinan

Berbeda dengan ayah dan kakeknya yang tunduk terhadap VOC, Pakubuwono IV adalah raja pemberani yang sangat membenci kehadiran bangsa Belanda.

Selain itu, sebagai pemeluk Islam yang taat, Pakubuwono IV mengangkat para ulama dalam pemerintahannya.

Namun, oleh para pejabat istana yang menganut Islam Kejawen, sikapnya dianggap terlalu keras, terutama dalam menyingkirkan para kerabat yang tidak sepaham dengannya.

Hal ini kemudian memicu konflik yang berujung pada Peristiwa Pakepung.

Peristiwa Pakepung

Peristiwa Pakepung terjadi pada November 1790, hanya dua tahun setelah Pakubuwono IV naik takhta.

Pakepung adalah insiden pengepungan Keraton Surakarta oleh persekutuan VOC, Hamengkubuwono I dari Kasultanan Yogyakarta, dan Mangkunegara I dari Kadipaten Mangkunegaran.

Ketiga pihak tersebut bekerjasama karena sama-sama menganggap gaya kepemimpinan Pakubuwono IV dapat membahayakan kedudukan mereka.

Tidak hanya itu, Pakubuwono IV juga mendapatkan tekanan dari dalam istananya sendiri, yang menuntut agar para penasihat rohaninya segera disingkirkan.

Pada 26 November 1790, Pakubuwono IV akhirnya mengaku kalah dan menyerahkan para penasihatnya untuk diasingkan.

Baca juga: Keraton Surakarta: Sejarah Berdirinya, Fungsi, dan Kompleks Bangunan

Perjanjian antara keturunan Mataram

Selain Peristiwa Pakepung, pada periode pemerintahan Pakubuwono IV juga terjadi perundingan yang melibatkan tiga pihak keturunan Mataram.

Atas prakarsa VOC, Pakubuwono IV, Hamengkubuwono I, dan Mangkunegara I menyepakati perjanjian yang menyatakan kedudukan Kasunanan Surakarta, Kasultanan Yogyakarta, dan Kadipaten Mangkunegaran adalah setara.

Oleh karena itu, ketiga pihak tidak diperbolehkan untuk menyerang satu sama lain.

Kendati demikian, Pakubuwono IV diam-diam masih menyimpan ambisi untuk menyatukan Mataram ke pangkuan Surakarta.

Namun, ambisinya tidak terwujud karena beberapa upaya yang dilakukannya gagal.

Akhir hidup

Dalam Serat Babad Pakepung yang ditulis oleh Yosodipuro II, pujangga Keraton Kartasura, Pakubuwono IV diceritakan sebagai ahli strategi yang cerdik dan ahli sastra, khususnya yang bersifat rohani.

Sifatnya ini membuat pemerintahannya mampu bertahan meski terjadi pergantian pemerintah penjajah, dari Belanda ke Inggris hingga kembali lagi ke Belanda.

Selain itu, Pakubuwono IV diyakini sebagai penulis Serat Wulangreh, yang berisi ajaran-ajaran luhur untuk memperbaiki moral kaum bangsawan Jawa.

Bahkan Ronggowarsito, pujangga ternama Keraton Surakarta, semasa mudanya pernah belajar beberapa ilmu kedigdayaan kepada Pakubuwono IV.

Pakubuwono IV memerintah hingga akhir hidupnya pada 2 Oktober 1820. Setelah itu, jenazahnya dimakamkan di Kedhaton Besiyaran, Yogyakarta.

 

Referensi:

  • Darmawan, Joko. (2017). Mengenal Budaya Nasional: Trah Raja-Raja Mataram di Tanah Jawa. Yogyakarta: Deepublish.
 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com