Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ki Ageng Selo, Legenda Penangkap Petir

Kompas.com - 26/10/2021, 11:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

KOMPAS.comKi Ageng Selo adalah tokoh spiritual sekaligus leluhur raja-raja Kesultanan Mataram asal Jawa Tengah.

Ia terkenal dengan kisah legendanya yaitu menangkap petir.

Siapa sebenarnya Ki Ageng Selo? Bagaimana ia bisa menjadi legenda?

Baca juga: Biografi Ki Hajar Dewantara: Bapak Pendidikan Bangsa

Asal Usul Ki Ageng Selo

Ki Ageng Selo yang bernama asli Ki Ageng Ngabdurahman Sela ini merupakan keturunan dari Raja Brawijaya, raja terakhir Majapahit.

Dikisahkan bahwa Brawijaya memiliki seorang putra bernama Bondan Kejawan. Ki Ageng selo adalah cucu dari Bondan Kejawan tersebut.

Ki Ageng Selo hidup di masa Kerajaan Demak, tepatnya saat Sultan Trenggana tengah berkuasa, awal abad ke-16.

Semasa muda, Ki Ageng Selo sempat mencalonkan dirinya untuk bergabung dalam Prajurit Tamtama Pasukan Penggempur Kerajaan Demak.

Akan tetapi, ia ditolak karena gagal saat mengikuti ujian mengalahkan banteng.

Saat itu, Selo memukul kepala banteng tersebut sampai menyemburkan darah. Ketika darah menyembur, Ki Ageng Selo memalingkan wajahnya.

Karena memalingkan kepalanya itu, Ki Ageng Selo lantas dianggap tidak tahan melihat darah, sehingga Ki Ageng Selo dianggap tidak memenuhi syarat dan ditolak.

Setelah ditolak dari Prajurit Tamtama Pasukan Penggempur Kerajaan Demak, Ki Ageng Selo berkeinginan untuk mendirikan kerajaannya sendiri.

Ia kemudian pergi ke sebuah desa di sebelah timur Tawangharjo, Kabupaten Grobogan.

Di sana, Ki Ageng Selo hidup sebagai seorang petani dan mendalami ilmu agama dan filsafat.

Baca juga: Ki Bagus Hadikusumo: Kiprah dan Karyanya

Legenda Penangkap Petir

Hidup sebagai seorang petani lantas membuat Ki Ageng Selo banyak menghabiskan waktunya di sawah.

Suatu hari, Ki Ageng Selo sedang bekerja, mencangkul di sawah.

Langit saat itu terlihat sangat mendung dan tidak lama kemudian hujan turun dan petir menyambar-nyambar.

Petani lain yang melihat cuaca saat itu memutuskan untuk pulang ke rumah karena takut.

Namun, berbeda dengan Ki Ageng Selo. Ia tetap melanjutkan pekerjaannya.

Di tengah-tengah sedang menyangkul, tiba-tiba sebuah petir menyambar Ki Ageng Selo.

Ajaibnya, petir tersebut berhasil ditangkap oleh Ki Ageng Selo. Petir tersebut berwujud naga.

Ki Ageng Selo mengikat petir tersebut ke sebuah Pohon Gandrik dan kemudian membawanya ke Sultan Demak.

Sewaktu dibawa ke Sultan Demak, wujudnya pun berubah, dari naga menjadi seorang kakek.

Kakek itu kemudian dibawa dan dikurung oleh Sultan Demak dan dipertontonkan di alun-alun.

Setelah itu, datanglah seorang nenek mendekat ke kerangkeng tempat kakek tersebut dikurung.

Ia menyiramkan air dari sebuah kendi ke arah kakek tersebut. Tidak lama kemudian, terdengar suara petir menggelegar dan kakek nenek itu telah menghilang.

Semasa hidup, Ki Ageng Selo memiliki keinginan untuk mendirikan kerajaannya sendiri.

Namun, hal tersebut tidak dapat ia capai. 

Keinginannya baru dapat diwujudkan oleh cicitnya, Sutawijaya. 

Sutawijaya merupakan pendiri Kerajaan Mataram kedua atau Kesultanan Mataram yang memerintah pada 1587-1601 M. 

Kisah Ki Ageng Selo menangkap petir ini diabadikan dalam sebuah ukiran di Lawang Bledheg, pintu petir di Masjid Agung Demak.

 

Artikel ini telah tayang di Historia.id dengan judul “Ki Ageng Selo, Sang Penangkap Petir”.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com