Pada tahap pengujian, para dokter Nazi menggunakan manusia sebagai subyek dari berbagai eksperimen.
Metode persiapan pemusnahan massal secara sistematis ini belum pernah dilakukan sebelumnya dalam sejarah.
Baca juga: Partai Nazi: Berdirinya, Kepemimpinan Adolf Hitler, dan Pembubaran
Pemusnahan pada awalnya dilakukan kepada lawan politik Hitler, yakni dari golongan Komunis dan Sosial Demokratis.
Pada 1933, orang Yahudi di Jerman berjumlah sekitar 525.000 jiwa, atau satu persen dari total penduduknya.
Selama enam tahun berikutnya, Nazi mulai mengisolasi orang-orang Yahudi. Mereka tidak diizinkan menjadi pegawai negeri dan bisnis-bisnisnya diboikot.
Hingga 1939, ribuan kamp pemusnahan telah didirikan di seluruh Eropa yang diduduki Nazi dan ratusan ribu orang Yahudi berusaha untuk meninggalkan Jerman.
Ketika Jerman menduduki Polandia, puluhan ribu warga Yahudi kemudian dipaksa untuk tinggal di ghetto.
Ghetto adalah tempat tinggal khusus bagi orang Yahudi yang cenderung kumuh serta dikelilingi tembok tinggi dan kawat berduri.
Baca juga: Latar Belakang Terjadinya Perang Dunia II
Memasuki 1941, wilayah Eropa yang diduduki Nazi Jerman semakin luas. Penduduk Yahudi di wilayah-wilayah tersebut kemudian diangkut ke ghetto di Polandia.
Korban mulai berjatuhan saat Jerman menginvasi Uni Soviet, di mana 500.000 orang Yahudi di Soviet ditembak oleh tentara Nazi.
Pada September 1941, setiap orang yang ditetapkan sebagai Yahudi, ditandai dengan bintang kuning, dapat dijadikan sasaran terbuka.
Kemudian pada akhir 1941, orang-orang Yahudi di ghetto Polandia mulai diangkut ke kamp-kamp pemusnahan.
Pembunuhan massal menggunakan gas beracun di kamp dilakukan pertama kali pada Maret 1942.
Ketika ghetto mulai dilanda penyakit dan kelaparan, orang-orang Yahudi mencoba memberontak, tetapi usaha mereka sia-sia.
Meski mencoba dirahasiakan, berita mengenai Holocaust sebenarnya sampai di telinga Sekutu.